Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Sleman - Pemkab Sleman beberapa waktu lalu mendirikan satu tenda khusus yang diberi nama bilik ayah bunda di barak pengungsian Gunung Merapi. Bilik ini difungsikan sebagaimana bilik mesra atau asmara.
Keberadaan bilik mesra yang dibuat dari tenda itu menuai kontroversi. Ada yang menganggap bilik itu untuk saat ini tidak diperlukan karena pengungsi mayoritas lansia.
"Yang mengungsi kan mayoritas lansia. Jadi ini masih terlalu dini dibuat karena tidak mungkin lansia akan menggunakannya," kata Ketua Komunitas Siaga Merapi (KSM) Rambat Wahyudi ditemui di barak pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (30/11/2020).
Rambat menjelaskan bilik itu sudah ada beberapa hari yang lalu. Dibangun oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Sleman. Hanya saja untuk mekanisme penggunaannya dia belum mengetahui secara pasti.
"Itu sejak kemarin sudah ada, yang bangun Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Kalau mekanisme penggunaannya seperti apa saya sendiri kurang paham karena belum ada koordinasi," sebutnya.
"Tapi kalau memang aturannya (harus dibangun bilik) seperti itu ya mau bagaimana lagi," sambungnya.
Bilik Ayah Bunda itu juga menjadi sorotan Ketua Komisi A DPRD Sleman, Ani Martanti. Menurutnya, untuk saat ini belum ada urgensi didirikannya bilik itu.
"Itu (bilik ayah bunda) sebaiknya jangan dulu karena saat ini yang evakuasi itu lansia dan anak-anak," kata Ani saat melakukan monitoring di barak pengungsian Kalurahan Glagaharjo, hari ini.
Ia khawatir jika nantinya banyak anak-anak di bawah umur yang mempertanyakan fungsi bilik itu. Apalagi lokasi bilik, persis berada di sebelah selatan gedung yang digunakan sebagai barak.
"Saya kira itu dipindah (ke tempat lain) sehingga anak-anak tidak berfikir ini (bilik ayah bunda) digunakan untuk apa," pintanya.
Sementara itu, Kepala Dinas P3AP2KB Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan pembangunan bilik ayah bunda di barak pengungsian sebagai langkah persiapan.
"Waktu kunjungan Gubernur mengatakan perlu menyiapkan bilik untuk pasangan suami istri. Jadi ini antisipasi saja untuk menyiapkan sarana untuk pasangan suami istri," kata Mafilinda saat dihubungi wartawan hari ini.
Selanjutnya, penjelasan Mafilinda soal keberadaan bilik asmara itu...
Ia menyebut ada satu bilik ayah bunda yang dibangun. Namun, masih banyak proses yang harus dikerjakan.
"Belum selesai prosesnya, nanti kita buatkan garis pengaman (di luar lokasi). Belum sempurna," ucapnya.
Nantinya, yang bisa menggunakan bilik itu merupakan pasangan suami istri yang sah. Selain itu, penggunaan bilik juga dibatasi.
"Jadi kita sudah membuat juknis harus dipastikan itu pasangan suami istri sah, jadi lapor ke pos keamanan mau menggunakan itu, dan penggunaannya dibatasi, ada buku juga untuk mendata," terangnya.
Ia sadar dengan hadirnya bilik ayah bunda saat ini menuai pro dan kontra. Oleh karena itu, ia menegaskan kendati fisik bilik sudah ada bukan berarti bisa langsung digunakan.
"Kita bukan serta-merta digunakan sekarang, kita menyiapkan. Kan kita tidak tahu akan berakhir kapan, mau bagaimana statusnya (Merapi)," kata Mafilinda.
"Bukan berarti ada tapi harus digunakan. Ini untuk sisi kemanusiaan kita bangunkan yang aman, safety untuk yang membutuhkan. Sekali lagi ini untuk antisipasi," tegasnya. dtc