Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Maskapai penerbangan Australia, Qantas akan melakukan outsourcing kepada 2.000 pekerja lapangannya. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kerugian perusahaan akibat pandemi COVID-19.
Sebelumnya maskapai telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 6.000 pekerja pada awal tahun ini. Kerugian yang telah dialami maskapai mencapai US$ 2 miliar setara Rp 28 triliun (kurs Rp 14.107).
"Maskapai penerbangan di seluruh dunia harus membuat keputusan dramatis untuk bertahan hidup dan akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih kembali" ujar Kepala Eksekutif Domestik dan Internasional Qantas, Andrew David, dikutip dari BBC,Selasa (1/12/2020).
Dengan melakukan outsourcing, Qantas berharap dapat menghemat sekitar US$ 74 juta setiap tahun. Selain itu, outsourcing berpotensi menghemat US$ 59 juta selama lima tahun dengan menghindari pengeluaran baru termasuk peralatan penanganan darat seperti kapal tunda pesawat dan pemuat bagasi.
Karyawan yang terkena dampak berhak atas paket redundansi dan diberikan dukungan untuk transisi ke pekerjaan baru.
Meski terlihat adanya kesempatan pemulihan karena pemerintah mencabut pembatasan perjalanan antar negara bagian, Qantas memprediksi tetap mengalami kerugian pada tahun depan dengan prediksi pendapatan turun sebesar US$ 7,4 miliar.
Dalam mempertahankan perusahaan, maskapai juga menambah utang US$ 1,1 miliar untuk tetap beroperasi. Maskapai pun tidak yakin penerbangan internasional akan normal hingga akhir 2021.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional memperkirakan maskapai penerbangan secara global akan kehilangan US$ 157 miliar tahun ini dan tahun depan. Jumlah penumpang diperkirakan turun menjadi 1,8 miliar tahun ini dari 4,5 miliar pada 2019.(dtf)