Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2020/21 yang diterbitkan Dinar Standard, konsumsi produk halal di seluruh dunia diprediksi anjlok hingga 8% selama tahun 2020 ini. Proyeksi itu didasari oleh kondisi 6 sektor di dalam ekonomi halal yakni keuangan syariah, makanan halal, busana muslim, wisata halal, hiburan dan rekreasi, farmasi, dan kosmetik halal.
"Di akhir tahun ini kami memproyeksi adanya penurunan hingga 8% dari enam sektor yang langsung berhubungan dengan konsumsi masyarakat dalam ekonomi halal. Dan kami memperkirakan pemulihan baru terjadi di akhir 2021," kata CEO and Managing Director Dinar Standard Rafi-uddin Shikoh dalam virtual event Reimagine: Halal in Asia 2020 yang bertema Asia's Golden Age: 2021 and Beyond for Halal Ecosystem, Rabu (2/12/2020).
Jika dirincikan, dari 6 sektor itu yang paling terdampak adalah sektor perjalanan dan wisata halal yang anjlok hingga 70%. Kemudian, konsumsi produk farmasi halal minus 6,9%, hiburan dan rekreasi minus 3,7%, busana muslim minus 2,9%, kosmetik halal minus 2,5%.
"Dan yang paling sedikit terdampak adalah makanan yang hanya minus 0,2%. Ini proyeksi kami untuk 2020, dan kami mendalami setiap sektor," ungkap Rafi-uddin.
Pada tahun 2019 SGIE 2020/21 mencatat konsumsi dari 1,9 juta masyarakat di seluruh dunia terhadap 6 sektor halal tersebut mencapai US$ 2,02 triliun atau sekitar Rp 28.591 triliun (kurs Rp 14.154). Jika dibandingkan dengan 2018, angka tersebut tumbuh 3,2% secara year on year (yoy). Kemudian, aset keuangan syariah pada 2019 diperkirakan mencapai US$ 2,8 triliun atau sekitar Rp 39.642 triliun.
Namun, dengan pandemi Corona yang menghadang perekonomian, maka proyeksi pertumbuhan konsumsi produk halal akan mengalami perubahan.Pada awalnya, Dinar Standard memproyeksi Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) ekonomi halal akan tumbuh 6,2% selama 5 tahunan (2019-2024). Namun, proyeksi itu berubah drastis semenjak Corona menghadang.
Meski begitu, jika pemulihan lekas terjadi, ekonomi halal diproyeksi akan meraup US$ 2,4 triliun atau sekitar Rp 33.979 triliun pada tahun 2024.
"Sebelum pandemi, kami memproyeksikan pertumbuhan 5 tahunan itu 6,2%. Tapi setelah ada pandemi hanya 3,1%," tandas dia.(dtf)