Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Industri batu bara di Amerika Serikat (AS) terpuruk. Pandemi Corona telah membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan.
Dikutip dari CNN, Kamis (10/12/2020), industri ini telah kehilangan 8.000 pekerjaan atau 15% dari tenaga kerjanya selama 12 bulan terakhir. Hal itu berdasarkan laporan data pada November.
Pekan lalu, dua perusahaan batu bara yakni Lighthouse Resources dan White Stallion Energy keduanya bangkrut. Mereka setidaknya adalah penambang batu bara keempat dan kelima yang mengajukan pailit dalam lima bulan terakhir menurut informasi di BankruptcyData.com.
Mereka menyusul beberapa perusahaan sebelumnya yang mengajukan di awal tahun ini yakni Hopewell Mining, FM Coal dan CLI USA.
White Stallion, yang berbasis di Evansville, Indiana, memberhentikan hampir semua 260 karyawannya sebelum mengajukan kebangkrutan. Lighthouse yang berbasis di Utah dan tambang yang beroperasi di Montana juga memberhentikan 76 dari 167 karyawannya.
"Mengingat kondisi pasar yang menantang, kami diminta untuk mengurangi biaya dan mengatur ulang bisnis kami yang mengakibatkan pengurangan tenaga kerja kami di Montana," kata CEO Lighthouse, Everett King.
Peabody Energy, salah satu penambang batu bara terbesar di negara itu memperingatkan investor awal musim gugur ini bahwa keuangannya cukup goyah sehingga sekarang ada keraguan besar tentang kemampuannya untuk bertahan dalam bisnis.
Perusahaan telah kehilangan US$ 1,7 miliar dalam sembilan bulan pertama tahun ini dan terlibat dalam negosiasi dengan pemberi pinjaman dan pemegang obligasi untuk mencoba merestrukturisasi utangnya.
"2020 telah menjadi tahun yang berbeda dari tahun lainnya," kata CEO Peabody Glenn Kellow.
"Di AS, pembangkit batu bara turun 24% hingga September karena COVID telah mempercepat apa yang sebelumnya diproyeksikan menjadi penurunan permintaan batu bara selama beberapa tahun," tambahnya.
Masalah batu bara sudah ada jauh sebelum pandemi dan resesi. Minggu ini Administrasi Informasi Energi AS melaporkan produksi batu bara tahun lalu turun 35% dari tahun 2009. Total produksi turun ke level terendah sejak 1978.
Meningkatnya persaingan dari sumber energi berbiaya murah terutama gas alam memberi tekanan pada industri bara. Kemudian, biaya sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari juga memberi dampak. Hal itu ditambah perang dagang antara AS-China yang telah memangkas permintaan di pasar primer untuk batu bara.(dtf)