Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jumlah kematian akibat infeksi virus Corona terus meningkat di Brasil. Bahkan kini, negara tersebut telah mencatat lebih dari 180.000 kematian akibat COVID-19. Para ahli memperingatkan bahwa negara itu sedang mengalami gelombang kedua infeksi Corona, meskipun Presiden Jair Bolsonaro mengatakan bahwa Brasil kini berada di "ujung akhir" pandemi.
Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan 672 kematian baru pada Jumat (11/12) waktu setempat sehingga kini total jumlah kematian mencapai 180.437 sejak pandemi dimulai. Ini menjadikan negara Amerika Selatan itu sebagai negara dengan jumlah kematian karena Corona tertinggi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (12/12/2020), kurva kasus infeksi dan kematian di Brasil sekarang menunjukkan tanda-tanda jelas dari tren peningkatan, setelah agak turun dari akhir Agustus hingga awal November lalu.
Bolsonaro mendapat kritik dari oposisi minggu ini karena komentar terbarunya yang meremehkan krisis kesehatan ini.
"Kita berada di ujung akhir pandemi. Dibandingkan dengan negara lain di dunia, pemerintah kita adalah yang terbaik, atau salah satu yang terbaik, dalam menanganinya," kata pemimpin sayap kanan itu pada Kamis (10/12) lalu.
Para pakar kesehatan tidak setuju dengan pernyataan Bolsonaro.
"Presiden salah. Saya tidak tahu dari mana dia mendapatkan ide itu, tetapi tidak ada indikator yang menunjukkan bahwa akhir sudah dekat," kata Christovam Barcellos, seorang peneliti di pusat penelitian kesehatan masyarakat terkemuka Brasil, Fiocruz.
Padahal, jumlah kasus infeksi juga kembali meningkat tajam. Angkanya melampaui angka 54.000 kasus pada hari Jumat (11/12), dengan total 6,8 juta kasus sejak pandemi dimulai.
Barcellos memperingatkan situasi bisa menjadi lebih buruk lagi dengan musim liburan dan musim panas di belahan bumi selatan.
"Akan ada lebih banyak orang yang bepergian, tanpa langkah-langkah pengendalian dan dengan banyak kebijakan jarak sosial kita yang kini dilonggarkan," katanya kepada AFP.
Bolsonaro telah berselisih dengan para ahli kesehatan tentang bagaimana menanggapi pandemi Corona, bahkan sejak sebelum wabah ini tiba di negara berpenduduk 212 juta orang tersebut. Kasus infeksi Corona pertama dikonfirmasi di Brasil pada pada 26 Februari.
Dia telah meremehkan virus Corona ini sebagai "flu ringan", mengutuk "histeria" di sekitarnya dan mendorong untuk menggunakan obat hydroxychloroquine untuk melawan COVID-19, meskipun serangkaian penelitian menunjukkan bahwa itu tidak efektif.(dtc)