Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Dewan Pers, Mohammad Nuh, mendorong pers untuk terus menerus membangun optimisme masyarakat dalam menghadapi pandemi virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Pandemi yang telah berlangsung selama beberapa bulan ini belum dapat diketahui kapan akan berakhir.
"Tugas kita adalah membangun optimisme terus menerus agar tetap bertahan," ujarnya dalam diskusi Catatan Akhir Tahun: Pandemi Covid 19 dan Kebebasan Pers, yang diadakan Dewan Pers dan BBC Media Action serta disiarkan secara virtual, Jumat (11/12/2020).
Hingga saat ini belum diketahui sampai kapan pandemi COVID-19 tersebut berlangsung. Sementara angka positif COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir mengalami lonjakan, bahkan menembus angka 8.000 orang positif COVID-19 per hari.
Karena itu, kehadiran pers di masa pandemi COVID-19 ini sangat diperlukan terutama untuk mendorong menumbuhkan kesadaran publik agar lebih mematuhi protokol kesehatan, meningkatkan kualitas kesehatan dan terus menerus membangun optimisme masyarakat.
Sementara Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengatakan, pandemi COVID-19 telah memperburuk ancaman terhadap kebebasan dan independensi media secara global.
Jenkins dalam kesempatan tersebut mengajak Indonesia untuk menentang upaya yang menggunakan pandemi sebagai alasan untuk membatasi kebebasan pers. Owen Jenkins juga berharap pers dapat menjadi andalan untuk meluruskan informasi dan hoax.
Lebih lanjut dikatakan bahwa saat ini Inggris akan menjadi negara pertama di dunia yang akan mengadakan vaksinasi COVID-19. Terkait hal tersebut, pihaknya menemukan adanya informasi tidak tepat yang beredar di masyarakat tentang vaksin COVID-19. "Karena itu, Inggris akan bekerjasama dengan media massa di Indonesia untuk mensosialisasikan penggunaan vaksin COVID-19 di Indonesia. Sebab banyak informasi yang tidak benar beredar menyangkut kehalalan vaksin itu," ujarnya.
Sementara Staf Ahli Menkominfo, Henri Subiakto, mengatakan, kebebasan berekspresi dan kebebasan pers menjadi fondasi penting perlindungan terhadap hak asasi manusia, yang menjadi dasar kampanye secara benar melawan pandemi COVID-19. "Dengan kebebasan pers, kerja jurnalistik bisa menetralisir disinformasi yang terjadi," ujarnya.
Henri mengatakan bahwa media massa dan pers menjadi andalan untuk meluruskan hoax dan disinformasi. Media, ujarnya, harus menjadi pencerah saat mereka sedang kesulitan bertahan.
"Di luar penyakit COVID-19, ada pandemi lain berupa penyebaran berita-berita palsu seputar wabah Corona. Ini tidak kalah berbahaya karena membuat publik bingung, cemas, tidak percaya petugas, bahkan tidak percaya ilmu pengetahuan, kedokteran dan pemerintah," ujarnya.