Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tidak ada yang menyangka jika pandemi virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) mampu memengaruhi seluruh sektor, termasuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pandemi COVID-19 telah memaksa banyak UMKM gulung tikar alias bangkrut. Namun banyak juga UMKM mencoba bertahan dimasa pandemi COVID-19 ini, dengan melakukan berbagai cara. Di antaranya dengan menerapkan digitalisasi sebagai langkah adaptasi agar dapat survive selama masa pandemi COVID-19. Lewat digitalisasi ini, UMKM mampu memasarkan produknya walaupun belum maksimal, seperti saat sebelum pandemi COVID-19.
Richi Hamdani, pengusaha pancake durian asal Medan, merupakan salah satu contoh UMKM yang berusaha bertahan dalam masa pandemi ini. "Sebelum pandemi COVID-19, produksi mencapai 210 kotak pancake durian setiap hari, dengan kebutuhan bahan baku durian sebanyak 70 kilogram daging durian setiap harinya," ujarnya saat ditemui di rumahnya, di Jalan Pasar 3 Gg Family No 53, Kecamatan Medan Perjuangan, beberapa waktu lalu.
Pemilik usaha Radja Pancake Durian Medan ini menuturkan bahwa pemasaran pancake durian tersebut tidak hanya mencakup Kota Medan saja, namun ke berbagai kota lainnya, seperti Aceh, Pekanbaru, Jambi, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Pontianak, Lombok, Ambon, Makassar dan Manado.
Richi mengatakan, luasnya jaringan pemasaran tersebut tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan Dinas Koperasi dan UKM Sumatra Utara (Diskop dan UKM Sumut), Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Medan serta Diskop dan UKM Kota Medan. Lewat ketiga instansi pemerintah tersebut, Richi sering diikutsertakan sebagai peserta pameran hingga ke berbagai kota di Indonesia.
"Waktu sebelum pandemi COVID-19, porsi pemasaran melalui kanal digital, seperti penggunaan media sosial, masih kecil. Hal ini disebabkan saya masih sering mengikuti pameran di berbagai kota. Kemudian pemasaran juga lancar karena banyak yang langsung menghubungi melalui telepon. Jadi bisa dikatakan jika saat itu usaha pancake durian berkembang pesat," ujar Richi yang memulai usahanya pada tahun 2011 ini.
Namun semuanya berubah drastis saat pemerintah mengumumkan bahwa virus Corona sudah masuk ke Indonesia dan disusul dengan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), khususnya di Jakarta. "Pengaruhnya sangat besar saat Jakarta menerapkan PSBB, karena kota ini merupakan penghubung untuk penerbangan ke berbagai kota yang menjadi pemasaran produk saya," ujarnya.
Bisnis pancake durian, lanjutnya, sangat tergantung kepada ketepatan waktu pemgantaran untuk menjamin kualitas dan kesegaran pancake tersebut. Dan penerbangan merupakan sarana transportasi tercepat untuk pengantaran barang. "Artinya saat penerbangan banyak dihentikan maka itu memengaruhi pesanan," ujarnya.
Richi mengakui jika dirinya banyak membatalkan pesanan pancake yang datang dari luar Sumut dan hal itu berlangsung cukup lama. Akibatnya produksi pancake durian anjlok, terlihat dari kebutuhan daging durian sebagai bahan baku utama yang 20 kilogram per hari, dari sebelumnya 70 kilogram per hari. Hal ini membuat dirinya harus mencari pekerjaan tambahan dengan menjual masker, face shield, alkohol untuk membuat hand sanitizer dan alat kesehatan lainnya, untuk menghidupi keluarganya.
Setelah beberapa waktu, pemerintah akhirnya kembali melonggarkan penerbangan dan ini membuat Richi untuk berusaha meningkatkan kembali pemasaran pancake durian buatannya. Media sosial di antaranya Facebook menjadi salah satu pilihannya. "Saya kemudian lebih rajin memposting aneka pancake durian yang dibuat dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bisnis saya. Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat," ujarnya.
Perlahan-lahan, pesanan kembali berdatangan. Selain dari pembeli tetap, pesanan juga datang dari pembeli baru yang melihat postingannya, khususnya pada akun Facebook Radja Pancake Durian Medan.
"Bulan Agustus dan September, kebutuhan daging durian sudah naik lagi menjadi 50 kilogram per hari. Banyak pesanan yang masuk. Sayangnya saat Jakarta kembali PSBB, omzet kembali turun," jelasnya.
Selain aktif menggunakan media sosial, Richi juga bekerjasama dengan layanan transportasi online, Gojek, Grab, dan e-commerce Tokopedia untuk membantu pemasaran di dalam kota.
Richi mengakui jika penggunaan kanal digital dimasa pandemi ini sangat membantu dalam menjalankan bisnisnya. "Banyak pesanan masuk berasal dari jaringan online, meskipun saat ini produksi belum sebesar sebelum pandemi COVID-19," ujar Richi yang mempekerjakan sekitar 10 karyawan tersebut.
Melihat peluang tersebut, Richi saat ini semakin aktif menggunakan kanal digital untuk memasarkan pancake durian. Terlebih sejak beberapa bulan terakhir, Richi dibina oleh Yayasan Bedo, lembaga yang khusus membina UKM dari seluruh Indonesia. "Lewat Bedo, kita mendapatkan banyak pengetahuan, seperti teknik pemasaran digital, peningkatan kualitas produksi dan lainnya," tuturnya.
Dibidang sosial, Richi bekerjasama dengan Yayasan Al-Ishaq yang di bawah pembinaan oleh Bapak Anif. Di sini, Richi menggandeng kalangan generasi muda dan mengajarkan mereka tentang dunia kewirausahaan. "Mereka kita latih untuk memasarkan pancake durian ini dengan sistem bagi hasil. Kita berharap ke depannya mereka bisa tumbuh jiwa kewirausahaannya dan kemudian bisa mandiri," ujarnya.
Richi melihat bahwa pandemi COVID-19 telah mendorong masyarakat, termasuk pelaku usaha, untuk memaksimalkan penggunaan teknologi digital. Adaptasi penggunaan teknologi digital ini harus dilakukan karena adanya pembatasan tatap muka atau pertemuan secara fisik. "Teknologi digital jika dimanfaatkan secara optimal memiliki banyak manfaat, di antaranya memperluas jaringan pemasaran serta mampu menekan biaya, seperti biaya operasional. Karena itu, supaya bisnis bisa bertahan, maka kita harus maksimalkan pemakaian teknologi digital ini," tegasnya.