Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Deli Serdang. AA dan MI, ayah dan abang kandung yang mencabuli DSN, siswi SMP di Deli Serdang diduga mempunyai masalah gangguan jiwa dalam pola berpikir. Hal ini sering dipicu oleh pornografi dan narkoba.
Mereka juga memiliki distorsi kognitif sehingga ayah dan abang kandung beranggapan korban adalah miliknya. Lantas merasa bebas untuk melakukan tindakan apa saja dengan menyetubuhinya.
Demikian hal itu disampaikan psikolog, Dra Irna Minauli MSi yang dimintai tanggapannya perihal kasus ayah dan abang kandung perkosa Siswi SMP bertempat tinggal di Tanjung Morawa, Deli Serdang.
"Pada hakikatnya orang tua seharusnya bisa menjadi pelindung bagi anak-anak, tapi malah merusak dengan menodai. Begitu juga dengan abang kandung yang harus melindungi suadara perempuan justru merusak. Tentu kedua pelaku mempunyai kejiwaan dan penyimpangan dalam pola berpikir," ujar Irna Minauli dihubungi melalui sambungan telepon selulernya, Senin (11/1/2021).
Irna menyebutkan, pencabulan yang dialami seorang anak perempuan di Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ini bukan sekedar pemerkosaan, tapi sudah merupakan perilaku inses (hubungan sedarah).
BACA JUGA: Duh! Siswi SMP di Deli Serdang Diperkosa Ayah dan Abang Kandung Sejak 2018
"Pelaku inses umumnya memiliki masalah kejiwaan. Mereka tidak lagi melihat anak sebagai subjek, namun lebih dilihat sebagai objek seksual. Sehingga ketika ayah dan abang melihat korban, maka yang ada dibayangan hanya sebagai objek pemuasan nafsu birahi saja," sebutnya.
Di samping itu, Irna menjelaskan, perilaku inses merupakan kejahatan yang tidak bisa ditolerir. Hal ini disebabkan bukan hanya karena hubungan yang terlarang, namun dampaknya sangat buruk.
"Dampak buruk yang dimaksud adalah akan mengalami gejala trauma akibat pencabulan (post- traumatic stress disorder) dan mengalami gangguan secara kognitif (misalnya mengalami gangguan konsentrasi) serta gangguan emosi dan tidur. Korban akan dihantui oleh bayangan peristiwa traumatis sehingga sering mengalami flashback di mana ada lintasan atau penggalan dari peristiwa traumatis tersebut," jelasnya.
Tak hanya alami traumatis, terang Irna Minauli gejala lain korban juga merasa dikhianati dan sering dihadapkan pada konflik antara marah dan sedih.
"Tentu korban akan mengalami depresi yang berkepanjangan. Akibatnya, sering mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain bahkan memicu melakukan tindakan nekat dengan bunuh diri," terangnya.
Dengan demikian, kata Irna Minauli pengalaman traumatis dalam kehidupan dialami korban inses kalau tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan banyak masalah di masa depannya.
"Korban perlu mendapatkan bantuan dari profesional untuk mengatasi traumatis. Karena bila penanganan tidak tepat justru dapat menjadi secondary trauma buat dirinya. Oleh karena itu, penanganan secara profesional menjadi sangat penting," pungkasnya.