Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Joe Biden telah resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), menggantikan Donald Trump. Salah satu program yang menjadi sorotan dari Biden adalah paket stimulus tambahan untuk penanganan virus Corona (COVID-19) sebesar US$ 1,9 triliun atau setara Rp 26.763 (kurs Rp 14.086).
Proposal paket itu telah disampaikan Joe Biden Pekan lalu. Sehari sebelum dilantiknya Biden, calon Menteri Keuangan (Menkeu) baru AS Janet Yellen kembali memperkuat rencana itu dengan menganjurkannya hadapan anggota parlemen.
Yellen mendesak anggota parlemen memberikan stimulus untuk menghadapi Corona. Menurutnya, stimulus yang memerlukan modal banyak punya manfaat lebih besar ketimbang mengkhawatirkan risiko utang negara yang akan lebih tinggi.
"Baik presiden terpilih, (Joe Biden) maupun saya tidak mengusulkan paket bantuan ini tanpa memperhatikan beban utang negara. Tapi sekarang, dengan suku bunga terendah dalam sejarah, hal paling cerdas yang bisa kami lakukan adalah bertindak besar," kata Yellen kepada Komite Keuangan Senat seperti dilansir Reuters, Rabu (20/1/2021).
Yellen berpendapat, meski jumlah utang negara cukup besar, namun di sisi lain tingkat suku bunga masih sangat rendah. Perlu diketahui, utang pemerintah AS tercatat mencapai US$ 27 triliun atau setara Rp 380.330 triliun menurut data CNN.
Tak hanya stimulus tambahan, Biden juga rencana agresif lain demi memulihkan ekonomi. Mulai dari pengurangan ketidaksetaraan ekonomi, melawan perubahan iklim, dan membenahi praktik perdagangan dan subsidi yang sangatlah tidak adil bagi China, yang selama ini dilakukan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Akan tetapi, pemerintahan Joe Biden punya rencana menaikkan pajak-pajak perusahaan dan juga orang kaya AS. Yellen mengatakan, perusahaan dan orang kaya telah diuntungkan dari pemotongan pajak yang merupakan program partai Republik pada tahun 2017. Ia menilai, perusahaan dan orang kaya harus membayar bagian yang adil.
Usai pengumuman terkait rencana stimulus tambahan itu, Wall Street menguat pada penutupan perdagangan di Selasa (19/1) malam. Namun, sebenarnya sentimen pasar terpecah, pasalnya rencana menaikkan pajak memberikan sentimen yang terbalik di pasar.
Akan tetapi, Yellen yang pernah menjabat sebagai Gubernur The Fed itu mengatakan, rencana menaikkan pajak perusahaan dan orang kaya hanya akan dilakukan setelah pandemi Corona telah dikendalikan.
"Tanpa tindakan lebih lanjut, kita berisiko mengalami resesi yang lebih lama dan lebih menyakitkan sekarang dan kerusakan ekonomi jangka panjang nanti," pungkasnya.(dtf)