Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut proses testing Corona di Indonesia salah secara epidemiologi. Anggota Komisi IX DPR Saleh Daulay menilai jika keterangan Menkes benar, maka selama ini upaya pemerintah menghadapi pandemi sia-sia.
"Jadi gini, pertama saya terkejut mendengar pernyataan Pak Menkes tersebut sebab menurut saya selama ini pemerintah kan membuat aturan itu sudah membuat konsultasi dengan ahli epidemiolog belum? Mestinya di kisaran pembuat kebijakan baik di Kemenkes maupun di Satgas Penanganan COVID atau di komite harusnya sudah banyak tuh epidemiolog yang dipakai pemerintah baik dari lembaga riset atau perguruan tinggi," kata Saleh saat dihubungi, Jumat (22/1/2021).
Saleh mengatakan perlu penelusuran lebih jauh terhadap perkataan Menkes Budi Sadikin. Meski begitu, Ketua Fraksi PAN ini tidak membantah pernyataan Menkes Budi Gunadi.
"Menkes mengatakan ada yang salah di dalam program testing dan tracing, saya kira harus ditelusuri lagi kembali kepada kebijakan protokol kesehatan yang selama ini diterapkan oleh pemerintah, ini kan berarti sama artinya Menkes mengatakan selama hampir kurang lebih 10 bulan terakhir ini kita salah dalam lakukan prokes, ini sia sia sekali selama ini berarti yang dilakukan pemerintah," ucapnya.
Di sisi lain, Saleh juga merasa selama ini hanya orang yang sama yang dilakukan testing, sedangkan banyak suspek Corona di Indonesia yang mungkin tidak tercover oleh pemerintah.
"Karena itu tentu saya merasa perlu menelaah apa yang disampaikan Menkes, dan saya menilai apa yang disampaikan Menkes sepintas itu memang benar, bahwa memang yang ditesting orangnya itu-itu aja, selama saya kita di DPR itu kalau kita kunjungan kerja ke mana-mana sekarang itu malah wajib ditesting, hari ini kami kunker di Pandeglang, semua anggota kunker kemarin sudah ditesting baru boleh berangkat," ujarnya.
"Jadi memang betul orang-orang itu tersebut yang selalu ditesting, orang orang yang sama, sementara orang yang diduga atau suspek yang dikatakan oleh Pak Menkes memang mungkin saja tidak tersasar atau tidak tercover dalam program testing tadi," lanjut Saleh.
Meski demikian, Saleh menilai lebih baik para ahli epidemiolog menelusuri lebih jauh terkait pernyataan Menkes Budi Sadikin ini. Menurutnya jika ternyata salah, maka Menkes harus segera memperbaiki yang selama ini dilakukan pemerintah.
"Sepertinya ada benarnya tapi tentu ahli epidemiolog yang harus menjawab ini, masa sih kita sampai 10 bulan salah? Kan begitu. Dalam konteks itu jika benar ada yang salah maka Menkes harus ubah ini secara cepat, kita tantang Menkesnya gimana sebetulnya yang dimaksud, dan itu tentu perlu perumusan yang baik serius dan sungguh-sungguh, sehingga nggak ada lagi yang begini, nanti ubah lagi dianggap salah lagi, solusinya maka itu harus diperjelas lagi," sebut Saleh.
Seperti diketahui, Budi Gunadi Sadikin sempat memberi komentar terkait upaya 3T atau testing, tracing dan treatment terkait penanganan COVID-19. Menurut Budi, testing Corona di Indonesia selama ini salah secara epidemiologi.
Menkes Budi Sadikin menyebut 3T ini penting seperti analogi menambal kebocoran ketika hujan, bukan hanya sibuk mengepel. Karena itu, kata dia, ada kesalahan dalam proses 3T yang dilakukan selama ini.
Dia menyebut salah satunya yakni terkait testing Corona yang saat ini dinilai olehnya salah secara epidemiologi. Dia beralasan testing tinggi itu sebagian di antaranya menyasar kepada pihak yang itu-itu saja.
Menurutnya satu orang bisa dites sampai berkali-kali dan masuk hitungan testing. Budi Sadikin mencontohkan dirinya yang seminggu bisa dites 5 kali. Dia menilai itu tidak efektif karena seharusnya yang dites adalah suspek Corona.
"Kita tuh nggak disiplin. Cara testingnya salah. Testingnya banyak, tapi kok naik terus. Habis, dites orang kayak saya. Setiap kali mau ke Presiden dites, (ke) Presiden dites. Barusan saya diswab. Seminggu bisa 5 kali swab karena masuk Istana. Emang bener gitu? Testing kan nggak gitu harusnya kan," sebut Budi Sadikin.
"Testing itu kan, testing epidemiologi ya aku diajarin tuh sama temen-temen dokter, bukan testing mandiri. Yang dites tuh orang yang suspek, bukan orang yang mau pergi kayak Budi Sadikin mau ngadep Presiden. Nanti 5 kali (dites) standar WHO kepenuhi tuh, 1 per 1.000 per minggu, tapi nggak ada gunanya testingnya secara epidemiologi," imbuh dia.(dtc)