Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bagian memori CVR (cockpit voice recorder) Sriwijaya Air SJ182 masih belum ditemukan. TNI AL menduga bagian yang merekam data percakapan atau suara di kokpit pesawat itu tertancap di lumpur.
Kepala Dinas Penyelamatan Bawah Air (Kadislambair) Koarmada I TNI AL, Kolonel Wahyudin Arif menyebut CVR kemungkinan memiliki bobot yang berat. Sehingga, komponen tersebut tidak mudah terombang-ambing oleh arus.
"Kemungkinan dia malah tertancap di dalam lumpur itu. Makanya kan kita kalau ke bawah itu kan gali-gali itu," ujar Wahyudin Arif saat dihubungi detikcom, Sabtu (23/1/2021).
Wahyudin juga menyampaikan kendala saat melakukan pencarian CVR. Menurut Wahyudin, arus yang tenang justru lebih menyulitkan para penyelam.
"Pas kalau lagi di bawah tenang malah kita burem, karena lumpurnya ga kemana-mana. Kalau ada arus pelan gitu, dia lumpurnya langsung kebuang kena arus," ucapnya.
Selama 13 hari, tim SAR gabungan baru mendapatkan bagian CVR electronic unit. Bagian yang baru ditemukan itu adalah bagian yang berfungsi menangkap data percakapan atau suara yang ada di kokpit.
Sementara itu, bagian CVR yang belum ditemukan adalah crash survivable memory unit (CSMU). Bagian ini berisi data rekaman percakapan atau suara di cockpit.
Untuk diketahui, dalam CVR terdapat komponen underwater locator beacon (ULB) atau yang juga disebut underwater acoustic beacon. ULB tersebut dapat memancarkan sinyal 'Ping' yang bisa dilacak apabila pesawat jatuh ke dalam air. Sinyal ini mampu bekerja di kedalaman 6.000 meter selama tiga bulan.
Dalam kasus CVR Sriwijaya Air SJ182, ULB ditemukan terpisah dari CVR. Dengan demikian, CVR tak lagi bisa dilacak melalui sinyal dari ULB tersebut dan harus dilakukan secara manual.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah mengunduh data flight data recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ182. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan data FDR terunduh dengan baik dan tidak ada kerusakan.
"Jadi FDR itu sudah berhasil kita unduh secara utuh, semua data baik, tidak tercorrupted," kata Soerjanto, ketika dihubungi, Jumat (22/1/2021).
Soerjanto mengatakan ada 370 parameter yang ditemukan, namun belum dijelaskan parameter apa yang dimaksud. Dia juga menyebut ada data 18 penerbangan yang terekam dalam FDR itu.
"Ada 370 parameter, ada sekitar 18 penerbangan yang terecord di situ, jadi kita sedang pelajari dari data-data yang ada di FDR itu," ujarnya.
Namun, KNKT masih memerlukan cockpit voice recorder (CVR) yang menjadi bagian dari kotak hitam pesawat. Soerjanto mengatakan analisis tidak akan utuh jika tanpa CVR.
"Kita belum bisa bilang berapa lama penyelidikan, kalau belum ketemu CVR-nya, jadi kompleksitasnya tergantung dari ketika ketemu CVR kita cocokkan datanya, mungkin perlu pemeriksaan laboratorium segala macem. CVR sangat penting, itu pasangan, ya memang harus dua-duanya supaya lengkap, supaya analisanya tepat, nggak asumsi," ucapnya.(dtc)