Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kasus positif Covid-19 yang masih terus bertambah membuat pengusaha di Sumut mulai bersiap untuk melakukan otomatisasi. Peralihan ke mesin ini karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan penyebaran Covid-19. Lalu, jika otomatisasi ini benar-benar dijalankan, bagaimana nasib padat karya yang selama ini menjadi program pemerintah dalam menyerap tenaga kerja?
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, tidak bisa dipungkiri kalau pengusaha yang menggunakan padat modal lebih efisien dalam pengeluaran. Sehingnga produk yang dihasilkan menjadi lebih bersaing. Namun, hal itu menjadi kabar buruk bagi penyerapan tenaga kerja. Ada dilema tentunya. Robot memang tidak seperti halnya manusia karena tidak menuntut kenaikan upah dan produktivitasnya stabil.
"Namun saya berharap agar pengusaha tetap menggunakan tenaga manusia, apalagi kalau hitung-hitungannya tidak membuat pengusaha merugi besar. Karena penyerapan tenaga kerja padat karya akan berkontribusi besar dalam pengentasan masalah kemiskinan di tanah air. Dan industri padat karya kerap mendapatkan insentif dari pemerintah dalam bentuk keringanan yang lainnya," katanya, Kamis (4/2/2021).
Gunawan mengatakan, perkembangan zaman memang membuat tenaga manusia mulai teralihkan. Tetapi dampak sosial dari penambahan jumlah penduduk harus turut dipertimbangkan. Penyerapan tenaga kerja padat karya tentu lebih dibutuhkan dibandingkan dengan penyerapan teknologi. Meskipun daya saing produk maupun efisiensi di perusahaan akan lebih optimal jika menggunakan teknologi tinggi.
"Dan bagaimanapun, pemerintah harus bisa menumbuhkan sentra pusat industri baru yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. Upaya itu harus dilakukan sejak dini dan berkesinambungan dalam jangka panjang," pungkas Gunawan.