Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Memasuki tahun 2021 hingga bulan Februari, para petani di Kabupaten Tapanuli Utara, mulai bisa tersenyum. Jika sebelumnya pada hampir sepanjang tahun 2020, diduga sebagai imbas merebaknya virus Covid-19, di tingkat petani harga anjlok, namun saat ini harga mayoritas komoditas melambung tinggi dan cenderung mahal.
Pantauan medanbisnisdaily.com, Selasa (9/2/2021) di Pasar Siborongborong (pasar komoditas pertanian terbesar di Taput), aktivitas jual-beli hasil pertanian warga kembali bergairah. Para pedagang pengumpul (saudagar) lokal dan dari luar daerah, umumnya akan menjual kebali ke daerah Provinsi Riau dan sekitarnya juga kembali ramai. Sebelumnya, para pedagang pengumpul jarang turun (memborong) hasil pertanian, hingga mengakibatkan harga anjlok.
Sejumlah petani yang ditanyai mengungkapkan, hampir seluruh jenis komoditi, termasuk sayur-mayur, tomat, cabai, kentang, wortel, mengalami kenaikan cukup tajam. Namun untuk jenis umbi-umbian, harga cenderung stagnan, tidak mengalami kenaikan harga.
"Hari ini, cabai merah kami jual Rp 35.00/kg. Harga cabai rawit juga hampir sama," kata boru Sihombing, petani asal Kecamatan Lintong Ni Huta, Kabupaten Humbahas. Menurutnya, harga ini sebenarnya sudah turun jika dibandingkan dengan beberapa pekan lalu. "Ini sebenarnya sudah turun. Sebelumnya kami jual rata-rata Rp 40.000-50.000," katanya.
Selain cabai, harga jual jenis sayur-sayuran juga mengalami kenaikan cukup tajam. Jika sebelumnya harga sayur-sayuran sempat anjlok di kisaran Rp 10.000- Rp 20.000, bahkan beberapa kali tidak ada pembeli, namun saat ini, jenis kubis (cabbage), sawi putih, sawi pahit dan berbagai jenis sayuran lainya, harga per karung mencapai di atas Rp 100.000, dari harga normal di kisaran Rp 30.000-40.000. Demilkian juga dengan tomat, sebelumnya sempat bertahan murah di kisaran Rp 500-Rp 1.000, naik mencapai Rp 6.000-Rp 8.000.
"Syukurlah, sebelumnya kami sangat menderita dengan anjloknya harga. Namun saat ini rasa capek kami sedikit terbayar," kata beberapa kaum ibu asal Siborongborong, sambil menunggu pedagang pengumpul yang hendak membeli hasil pertanian mereka.
Berbeda dengan cabai, sayur-mayur, tomat, kentang dan komoditas lainnya yang mengalami kenaikan cukup tajam, harga biji kopi justru belum beranjak naik. Informasi dihimpun, sejak pandemi Covid-19 merebak, harga komoditas andalan ini anjlok hingga Rp 16.000/kg. Sebelum pandemi, harga normal berada di kisaran Rp 30.000-32.000.
"Mungkin karena banyak diimpor ya. Kalau yang lainnya kan untuk konsumsi masyarakat. Kalau kopi kan dikirim ke luar. Makanya harga biji kopi kurang memuaskan," kata salah seorang pedagang pengumpul.