Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Washington DC. Dokumen pengadilan Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa penyerbuan dan kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari telah direncanakan. Bukti-bukti yang mengarah ke sana disebut semakin mencuat.
Seperti dilansir AFP, Rabu (10/2/2021), semuanya berawal dari cuitan mantan Presiden Donald Trump pada 19 Desember 2020 yang berbunyi: "Protes besar di DC pada 6 Januari. Hadirilah, akan menggila!" Pekan ini, sidang pemakzulan Trump atas dakwaan penghasutan pemberontakan mulai digelar.
Dokumen pengadilan menyebut bahwa pemimpin serangan ke Gedung Capitol, paling tidak yang tampak paling terorganisir, adalah Proud Boys dan Oath Keepers. Disebutkan bahwa perencanaan dilakukan oleh Ethan Nordean di Washington dan Enrique Tarrio di Florida, yang merupakan pemimpin Proud Boys, kelompok sayap kanan yang dikenal ekstrem.
Menurut dokumen pengadilan, Nordean pada 27 Desember menyerukan kepada para pengikutnya untuk menggalang dana guna membeli alat pelindung dan perlengkapan komunikasi. Sepekan kemudian, dia dan Tarrio memberitahu pengikut mereka dalam sebuah podcast untuk memakai pakaian serba hitam dan menyatakan mereka harus siap bertempur.
"Kita dipandang hampir seperti tentara sayap kanan. Hal ini nyata. Kita sedang berperang," cetus Tarrio dalam podcast itu.
Tak jauh berbeda, Thomas Caldwell yang disebut sebagai 'komandan' Oath Keepers, kelompok sayap kanan yang beranggotakan mantan tentara dan polisi yang dikenal kasar, didakwa merencanakan tindak kekerasan serius. Dia berangkat dari Berryville, Virginia yang berjarak 100 kilometer dari Washington DC.
Dokumen pengadilan menyebut Caldwell mengatur rencana untuk bertemu di luar Washington DC dengan para anggota milisi bersenjata di sekitar kawasan itu.
"Biarkan mereka berupaya mengesahkan beberapa omong kosong di Capitol Hill dengan satu juta atau lebih patriot di jalanan. Kita siap membuat mereka mendidih," ucapnya via Facebook saat itu.
"Mereka telah berubah menjadi murni jahat bahkan terang-terangan mencurangi pemilihan dan membayarnya dengan kasta politik. Kita harus menghancurkan dan menjatuhkan mereka sekarang," imbuh Caldwell.
Dalam jajaran Proud Boys atau Oath Keepers, juga di kalangan pendukung konspirasi QAnon dan penggemar berat Trump, pesannya jelas sejak awal: Trump ingin kalian bergerak ke Washington untuk menghentikan Kongres mengesahkan kemenangan Joe Biden pada 6 Januari.
Usai cuitan Trump pada Desember 2020, banyak pendukungnya yang mengumumkan rencana pergi ke Washington DC, dengan beberapa murni ingin bergabung dalam aksi mendukung Trump untuk terakhir kalinya. Namun yang lain berbicara soal penghentian pengesahan dan menyakit 'para pengkhianat' di Kongres AS.
Dokumen pengadilan menyebut orang-orang itu melakukan persiapan, dengan puluhan di antaranya membawa helm tempur, senjata kejut listrik, rompi pelindung tubuh, perlengkapan komunikasi dan semprotan merica. Beberapa orang bahkan membawa senjata api bersama mereka.
Malam sebelum 6 Januari, seseorang meletakkan bom pipa di dua lokasi berbeda dekat Gedung Capitol. Bom itu tidak pernah meledak dan mungkin dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian polisi saat penyerbuan Gedung Capitol dimulai.
Beberapa dokumen pengadilan lainnya berisi dakwaan terhadap para pengikut Proud Boys dan Oath Keepers yang disebut melakukan persiapan sebelum 6 Januari.
"Saya ada di sana jika Trump meminta kita untuk menyerbu Capitol ... mereka tidak akan mencuri pemilihan ini," tulis Kenneth Grayson (51) yang pendukung QAnon dan Proud Boys dalam pesan singkat kepada keluarga dan teman-temannya pada 23 Desember 2020.
William Calhoun, seorang pengacara di Georgia, bahkan dilaporkan ke FBI karena menyerukan serangan bersenjata di Washington DC. Calhoun marah karena menurutnya, Biden mencuri pemilu dari Trump. Dia diketahui ikut berangkat ke Washington DC pada 6 Januari.
Ronnie Sandlin dari Memphis, Tennessee dan Nathan Degrave dari Las Vegas, Nevada bahkan merekam persiapan mereka sebelum berangkat ke Gedung Capitol.
"Saya pikir ini saatnya untuk mengambil alih Capitol dan saya tidak mengatakan itu dengan enteng," cetus Sandlin dalam videonya. "Jika kita perlu menduduki Capitol, maka kita akan menduduki Capitol ... pukul satu semuanya akan jatuh," imbuhnya.
Usai penyerbuan terjadi, orang-orang tersebut menyatakan mereka telah berhasil, melakukan apa yang mereka rencanakan terhadap Gedung Capitol.
"Hari ini, rakyat Amerika membuktikan bahwa kita memiliki kekuatan. Kita menduduki Capitol dan mematikan Pemerintah -- kita menghentikan kejahatan pencurian pemilu," tulis Calhoun dalam postingan media sosialnya.
"Kami datang ke sini untuk menghentikan pencurian," tutur Nicholas Ochs, anggota Proud Boys dari Hawaii, dalam tayangan livestreaming dari lokasi saat itu.
"Untuk itulah saya datang ke sini. Kami melakukannya," timpal Nicholas DeCarlo yang juga anggota Proud Boys dari Hawaii.(dtc)