Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menanggapi laporan awal KNKT yang menyebut ada permasalahan pada tuas kiri mesin atau autothrottle Sriwijaya Air SJ182 bernomor registrasi PK-CLC yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Kemenhub mengatakan tidak ada laporan terkait permasalahan autothrottle di catatan maintenance log book.
"Sebaiknya menunggu hasil lengkap laporan KNKT, namun mengenai autothrottle perlu disampaikan bahwa sejak tanggal 5 Januari 2021 sampai tanggal kejadian (9 Januari 2021), tidak ada laporan terkait permasalahan Auto Throttle di dalam catatan Maintenance Log Book," kata Dirjen Perhubungan Udara, Novie Riyanto dalam keterangannya, Rabu (10/2/2021).
Novie mengatakan kerusakan pada autothrottle mesin juga masuk ke minimum equipment list kategori C. Itu artinya, komponen tersebut boleh tidak berfungsi selama 10 hari.
"Kerusakan autothrottle pada pesawat udara masuk ke dalam Minimum Equipment List (MEL) dengan kategori C, yang artinya komponen tersebut boleh tidak berfungsi selama 10 hari dan pesawat masih dapat diterbangkan," ucapnya.
Tak hanya itu, Novie juga menyebut jika terjadi kerusakan auto throttle, maka pilot bisa langsung mengatasinya. Sebab kata dia, throttle pesawat bisa dilakukan oleh Pilot secara manual.
"Apabila terjadi kerusakan autothrottle saat terbang, maka Pilot dapat mengambil keputusan dengan penggunaan Throttle secara manual," ujarnya.
Sebelumnya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap hasil investigasi awal jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu. Sebelum Sriwijaya Air SJ182 jatuh, tuas mesin (throttle) sebelah kiri pesawat tiga kali bergerak mundur.
Kepala Sub-Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo menerangkan pertama kali tuas kiri Sriwijaya Air SJ182 bergerak mundur terjadi tidak lama setelah pesawat lepas landas pada 9 Januari 2021. Sriwijaya Air SJ182 memuat 2 pilot, 4 awak kabin, dan 56 penumpang.
"Setelah tinggal landas, pesawat ini mengikuti jalur penerbangan yang ditentukan, yang diberikan nama ABASA 2D. Kemudian FDR mencatat bahwa pada ketinggian kira-kira 1.980 kaki, autopilotnya mulai aktif atau engage. Pesawat terus naik dan pada ketinggian kira-kira 8.150 kaki, throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur dan tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang," ujar Nurcahyo dalam jumpa pers secara virtual, Rabu (10/2/2021).(dtc)