Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Satu lagi dalam upaya melestarikan budaya warisan leluhur suku Batak, yakni Festival Mardoton (tradisi menangkap ikan), tahun ini kembali digelar di bibir pantai Danau Toba, Tuktuk Siadong Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (13/03/2021). Festival yang diikuti banyak kelompok masyarakat itu sukses digelar oleh Komunitas Anak Tao. Festival itu juga menjadi pelepas dahaga hiburan bagi masyarakat di tengah hiruk pikuk tensi Pilkada Samosir 2020 yang hasilnya berlanjut sengketa di MK saat ini.
Selain dihadiri masyarakat dan wisatawan, Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah dan Wakil Ketua TP PKK Sumut, Sri Ayu Mihari, dan Kadis Pariwisata Samosir, Dumosch Pandiangan, serta para tokoh masyarakat dan tokoh agama Desa Tuktuk Siadong, juga hadir menyaksikan festival itu.
Febry Tua Siallagan dari Komunitas Anak Tao, menyampaikan, Festival Mardoton yang digelar bertepatan pada bulan Sipaha Sada (bulan pertama) pada penanggalan kalender Batak itu, fokus pada edukasi melalui beberapa rangkaian kegiatan.
Di antaranya Focus Group Discussion (FGD), pembentukan Komunitas Pardoton, perlombaan Manopong Doton, edukasi ekosistem Danau Toba dan pameran kuliner khas Batak dan Nusantara.
Selain itu ada juga penaburan 20.000 benih ikan mujahir dan 200 benih ikan endemik Danau Toba, lomba menghias solu (perahu), pameran kuliner ikan Danau Toba dan pemutaran film semi dokumenter "Ahu Pardoton" serta penanaman 100 bibit pohon.
Sekilas soal mardoton, menurut Oppu Disnan Sigiro yang merupakan sesepuh di Desa Tuktuk Siadong, merupakan cara menangkap ikan yang dilakukan sejak puluhan tahun lalu oleh para leluhur di kawasan Danau Toba.
Pada mulanya, mardoton menggunakan bubu, kemudian berkembang dan masyarakat mulai akrab menggunakan doton (jaring), yang berbahan kain yang dirajut menjadi mata jaring berbagai ukuran.
Festival ini juga dilakukan serangkaian kegiatan menurunkan perahu ke Danau Toba, sebelum dipakai menangkap ikan atau Mandaram. "Ada prosesi tertentu agar solu membawa keberuntungan pada pengguna. Membuat sesajian dari tepung beras untuk media doa kepada Tuhan Sang Pencipta melalui Namboru Saneang Naga Laut. Saneang Naga Laut, menurut orang Batak sebagai Dewi Air yang diwakilkan perwakilan Tuhan sebagai pemberi berkat yang berkuasa di Air," ujar Oppu Disnan Sigiro.
Sementara itu, Wakil Gubernur Musa Rajekshah yang kehadirannya disambut tortor dan juga diulosi itu, mengapresiasi pelaksanaan Festival Mardoton. Sebab festival itu sangat positif untuk mempromosikan kebudayaan dan keindahan Danau Toba dari Pulau Samosir.
Festival seperti ini, menurut Wagub, merupakan magnet bagi para pengunjung untuk datang ke Samosir. "Apalagi festival kebudayaan ini sudah dari dahulu ada dan sekarang kembali dikembangkan, yaitu tradisi bagaimana cara menangkap ikan secara tradisional," kata Ijeck, sapaan akrabnya.
Ia juga berpesan pentingnya sejarah kebudayaan yang harus terus digaungkan. "Ke depan dengan festival ini, anak-anak kita punya edukasi dan pemahaman tentang tradisi dan budaya masyarakat jaman dahulu. Kita harapkan seluruh daerah di Sumatera Utara juga mengembangkan potensi kebudayaannya masing-masing, sehingga menambah daya tarik bagi wisatawan yang berasal dari luar Sumut," ujar Ijeck.