Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pengusulan Universitas Negeri Medan (Unimed) agar Tuan Mangihut Mangaradja Hezekiel Manullang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan MH Manullang saat ini sedang dalam tahap pemberkasan. Direncanakan pada April mendatang semua berkasnya akan dikirim ke Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat untuk diusulkan menjadi pahlawan nasional tahun 2021.
Demikian dijelaskan Ketua Koordinator Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Humaniora, LPPM Unimed, Ichwan Azhari, di ruang kerjanya di Unimed, Selasa sore (16/3/2021). Sejarawan ini menegaskan kembali betapa Tuan MH Manullang sangat pantas diangkat menjadi pahlawan nasional karena kegigihannya melawan ekspansi agraria di Tanah Batak oleh kolonial.
"Beliau adalah pejuang yang sejak tahun 1906 konsisten menentang kolonialisme di tanah Batak, baik melalui media (pers) yang didirikannya (Sinondang Batak dan Soara Batak) maupun lewat organisasi Huria Kristen Batak (HKB) tahun 1917. Dia juga seorang tokoh pendidikan di Tanah Batak. Karena ketokohannya yang kuat menentang penjajahan. Tidak heran dari sisi perjuangannya, ada yang menyebutnya sebagai the next Sisingamangaraja XII," kata Ichwan Azhari.
Ditambahkan Ichwan, tahun 1906 saat Tuan MH Manullang berusia 19 tahun dia sudah mendirikan koran "Binsar Sinondang Batak". Melalui koran ini dia menyebarkan benih kebangsaan, sebelum Boedi Oetomo berdiri 1908. Tuan MH Manullang juga bergaul dengan tokoh Sjarikat Islam seperti HOS Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Muis.
Unimed sendiri, sambung Ichwan, telah menggelar seminar nasional sebanyak dua kali secara daring untuk membahas sosok Tuan MH Manullang.
Yakni 27 Februari 2021 dengan mengangkat tema "Perlawanan Tuan MH Manullang Menentang Ekspansi Agraria Belanda ke Tanah Batak". Pembicaranya adalah Dr Edy Ikhsan, MA (Ahli Sejarah Agraria Fakultas Hukum USU), Dr Dimpos Manalu (Akademisi dan Aktivis Agraria Universitas HKBP Nommensen), Dr Wanafri Safri (Sejarawan Pers, Universitas Andalas, Padang) dan Prof Hermawan Sulistyo (LIPI Jakarta).
Sedangkan seminar kedua berlangsung 13 Maret 2021 dengan tema “Tuan MH Manullang dari Pahlawan Kemerdekaan Menuju Pahlawan Nasional”. Pembicaranya adalah tokoh pendidikan Prof Syawal Gultom. Prof Dr Asvi Warman Adam (Sejarahwan LIPI Jakarta), Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro Jakti (Menteri Koordinator Perekonomian pada Kabinet Gotong Royong, Sejarahwan Ekonomi, Jakarta), Drs Joko Irianto MSi (Direktur Kepahlawanan, Keperintisan dan Restorasi Sosial Kementerian Sosial RI Jakarta), dan Dr Rosmaida Sinaga M Hum (Sejarahwan Unimed).
"Dari dua kali seminar itu, pembicara maupun peserta sepakat menilai ketokohan Tuan MH Manullang dalam menentang kolonialisme, sudah cukup menjadi modal beliau untuk diangkat menjadi pahlawan nasional yang pengangkatannya biasa dilakukan pemerintah setiap awal November per tahunnya," kata Ichwan.
Melengkapi informasi, berdasarkan buku "Tuan MH Manullang Dipenjarakan Belanda" (editor Ichwan Azhari) disebutkan, Tuan MH Manullang lahir di Tarutung pada tanggal 20 Desember 1887 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 20 April 1979. Ayahnya S Daniel Manullang disebut-sebut adalah salah seorang panglima Sisingamangaraja XII yang diutus ke Silindung untuk memata-matai pergerakan Belanda di sana.
Tuan MH Manullang sebelumnya sudah diakui pemerintah sebagai pahlawan perintis kemerdekaan tahun 1967. 1907-1909. Ia belajar di Senior Cambridge Singapura. Setelahnya ia menjadi guru di berbagai sekolah di berbagai daerah di tanah air, termasuk mendirikan sekolah Metodis di Cibinong.
Tak lama kemudian, ia pun kembali ke tanah kelahiran dan mendirikan sekolah bahasa Inggris di Balige dan Tarutung. Tahun 1919 ia mendirikan korannya yang kedua bernama "Soara Batak". Di koran ini ia mengkritik Belanda yang hendak menguasai Tanah Batak. Hal itu membuat ia bolak balik dipenjarakan Belanda. Usai menjalani hukuman pada 1924 ia kembali menerbitkan koran bernama "Persamaan" yang kemudian menjadi "Pertjatoeran" yang terbit di Sibolga.
Di awal penjajahan Jepang ia kembali dipenjara karena tidak mau bekerja sama. Selanjutnya pada 1949-1950 Tuan MH Manullang kembali dipenjara oleh Belanda. Tuan MH Manullang meninggal 20 April 1979 di RS PGI, Cikini dan dimakamkan di Huta Bangunan, Siwalu Ompu, Tarutung.