Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Fenomena La Nina yang terjadi di Indonesia sejak Oktober 2020, membuat produksi perkebunan karet Sumatra Utara (Sumut) menciut. La Nina yang memicu tingginya intensitas curah hujan pun berdampak ke ekspor Sumut karena pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) kesulitan mendapatkan bahan baku.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, mengatakan, dampak berkurangnya pasokan bahan baku ke pabrik pengolahan karet membuat volume ekspor Januari-Februari 2021 anjlok hingga 6,7% menjadi 64.974 ton dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.
"Untuk Februari saja, ada penurunan 3,1% menjadi 31.975 ton dibandingkan bulan Januari 2021. Sulitnya mendapatkan bahan baku akibat La Nina memang sangat mempengaruhi ekspor karet Sumut," katanya, Rabu (17/3/2021).
Edy mengatakan, negara tujuan utama ekspor karet Sumut masih Jepang dengan porsi 25,9% dari total ekspor Sumut. Kemudian Amerika Serikat (AS) sebesar 20,6%, Brazil sebesar 9,2%, Cina sebesar 7,7% dan Turki sebesar 4,6%.
Untuk rataan harga karet TSR20 pada Februari 2021 sebesar US$ 168,56 sen/kg, mengalami peningkatan US$ 7,07 sen dibandingkan rataan bulan ini sebesar US$ 175,63 sen/kg.
"Peningkatan harga ini dipicu karena berkurangnya pasokan bahan baku yang merata di Indonesia sebagai dampak fenomena La Nina," kata Edy.