Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kader Partai Demokrat, Arief Tampubolon, meminta mahasiswa dan pemuda untuk bicara dinasti yang ada di sekelilingnya, terkhusus organisasi masyarakat (Ormas). Menurutnya, orang yang bicara dinasti partai politik pasca-KLB Partai Demokrat ilegal versi Moeldoko di Sibolangit, Deliserdang 5 Maret 2021, lalu adalah orang yang belum paham berpolitik.
"Kalau tak berani bicara dinasti ormas di Sumut, jangan banyak cakap dinasti politik pasca-KLB ilegal Moeldoko. Itu orang yang mengatakan AHY produk dinasti politik perlu dirukiyah," tegas Arief, Senin (22/3/2021).
Mahasiswa dan pemuda di Sumut, minta Arief, agar berpikir objektif menyatakan dinasti politik. Jangan sampai mahasiswa dan pemuda di Sumut ikut terkontaminasi oleh oknum-oknum yang iri dengan AHY dan Partai Demokrat.
"Ayo, jangan kamu klaim mahasiswa dan pemuda di Sumut sebagai pilar demokrasi kalau kau sendiri tak berani bicara dinasti ormas di Sumut. Jadilah mahasiswa dan pemuda Sumut yang berani melawan dinasti ormas di Sumut," tandasnya.
Arief mengajak seluruh mahasiswa dan pemuda Indonesia, khususnya yang di Sumatera Utara, untuk memahami geopolitik yang terjadi pada saat ini di negeri ini.
"Berani berbicara demokrasi dengan integritas anak bangsa. Katakan yang benar kalau itu benar, jangan bela yang salah, apa lagi pesanan politik praktis," serunya.
BACA JUGA: Eks Presma Unimed Dukung Kepemimpinan Moeldoko di Demokrat
Seperti diberitakan, eks Presiden Mahasiswa Universitas Medan (Unimeda), Ahmad Fahmi, menilai langkah Partai Demokrat menggelar KLB yang menghasilkan Moeldoko sebagai ketua umum sudah tepat. Menurutnya, desakan KLB dari internal merupakan tamparan keras kepada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang selama ini memimpin Partai Demokrat.
"Polemik yang terjadi ditubuh partai Demokrat ini mengisyaratkan ada kekeliruan dalam pengelolaan partai tersebut," ujar Ahmad.
Sepanjang pengamatan dan analisisnya, polemik ini terjadi dikarenakan adanya oligarki kekuasan dan dinasti kepemimpinan di partai tersebut.
"Sebagai pemuda saya konsern terkait dinasti kepemimpinan, yang bagi saya sangat mencederai pilar demokrasi, saya sangat prihatin dan menyesalkan persoalan dinasti kepemimpinan tersebut," sebutnya.