Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena iklim global La Nina masih akan bertahan hingga April 2021. Namun intensitasnya akan berkurang dari sedang atau moderate menuju lemah. Fenomena ini diperkirakan akan berakhir dan akan kembali normal pada bulan Juni 2021.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, mengatakan, La Nina masih akan memberi dampak pada produktivitas karet karena pabrik masih akan kekurangan pasokan.
"Perubahan iklim berdampak pada suhu udara yang semakin meningkat. Selain itu, curah hujan yang ekstrim menimbulkan kekeringan dan banjir yang makin sering terjadi," katanya, Jumat (26/3/2021).
Edy mengatakan, La Nina juga membuat serangan penyakit dan ini menjadi tantangan bagi usaha perkebunan karet. Karena itu, pemilik perkebunan karet perlu lebih memperhatikan perubahan iklim dan membuat strategi adaptasinya.
La Nina memberikan dampak yang cukup besar terhadap tanaman karet. Misalnya, pembungaan tanaman terganggu karena hujan dan produksi biji menurun. Bagi kebun sumber benih akan mengurangi kapasitas produksi bibit. Selain itu, La Nina juga membuat hari sadap berkurang.
Dalam setahun, ada 300 hari sadap dan tambahan kehilangan 9 hari sadap karena La Nina rata-rata akan menurunkan produksi sebesar 3%. Keterlambatan sadap akibat tambahan hari hujan selama 56 hari hujan mengakibatkan penurunan sekitar 3,7%. "Jadi rata-rata kehilangan produksi sebesar 20% saat terjadi hujan," kata Edy.
Selain itu, La Nina juga mengakibatkan terjadinya gugur daun Colletotrichum yang di tahun 2010 mengakibatkan produksi turun hingga 12%. Sementara gugur daun pestalotiopsis yang terjadi di tahun 2017 mengakibatkan penurunan produksi hingga 30%. Dan di tahun ini, terjadi anomali iklim La Nina yang tidak ekstrim. Dilaporkan di daerah Jambi dan Kalimantan Barat, tanaman terserang, namun di Sumatera Selatan (Sumsel), saat ini daun masih dalam kondisi baik. Karenanya dibutuhkan kewaspadaan.
Sementara untuk dampak iklim El Nino menurut Edy mengakibatkan tanaman mengalami penurunan produksi. Pada El Nino yang terjadi di tahun 1997, produksi karet mengalami penurunan hingga sebesar 25% di semester II, atau 10% dalam 1 tahun.
"Selain itu, tanaman karet lebih sensitif dengan api. Dari observasi di lapangan, udara panas dapat mengakibatkan tanaman karet mati. Tanpa adanya indikasi batang yang hangus, tanaman karet bisa mati. Karena itu perlu satgas pencegahan kebakaran kebun," kata Edy.