Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ombudsman RI Perwakilan Sumut curiga alat rapit test antigen daur ulang yang digunakan pegawai Kimia Farma di layanan rapid test Bandara Kualanamu Deli Serdang juga dipakai di tempat lain.
"Sangat besar kemungkinan aksi kejahatan itu juga digunakan di tempat tempat lain. Karena itu, Ombudsman berharap penyelidikan jangan berhenti sampai di Kualanamu. Tapi perlu dikejar, di tempat mana lagi cuttonbuds antigen swab itu digunakan," ujar Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut, Abadi Siregar, Jumat (30/4/2021).
Abyadi menilai penelusuran ini sangat perlu dilakukan polisi. Sebab, modus tersebut adalah kejahatan luar biasa. Melalui modus daur ulang ini, sangat besar kemungkinan tindakan para pelaku yang menggunakan perusahaan Kimia Farma itu telah berperan besar menyebarkan/menularkan virus COVID-19 yang sangat mematikan itu.
Padahal saat ini pemerintahan tengah kerja keras pemerintah dan semua pihak menghentikan penyebaran virus COVID-19. "Pengembangan kasus yang diharapkan, tidak saja mengarah pada sekadar pencarian lokasi atau tempat penggunaan cutonbuds antigen yang didaur ulang itu. Tapi juga mengarahkan pengembangan untuk mendapatkan pihak pihak yang terlibat. Karena bisa saja ada orang lain yang ikut menikmati bisnis jahat ini," ungkapnya.
Seperti diberitakan, setelah melakukan pemeriksaan intensif dalam kasus penggunaan alat rapid test antigen bekas yang dilakukan di layanan rapid test Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Polda Sumut akhirnya menetapkan 5 orang pegawai Kimia Farma sebagai tersangka. Kapolda Sumut, Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak mengatakan, kelimanya adalah PC yang menjabat sebagai Bisnis Manager Kimia Farma, beserta 4 pegawainya, masing-masing berinisial DP, SP, MR dan RN.
"Dari hasil penyidikan yang dilakukan, kelimanya kini ditetapkan sebagai tersangka," ungkapnya saat memberikan keterangan kepada wartawan, Kamis (29/4/2021) petang.
Panca menjelaskan, modus para pelaku sendiri adalah dengan mendaur ulang stick rapid test antingen yang telah digunakan dengan cara mencucinya sendiri untuk digunakan kembali di bandara. Dalam sehari sebut dia, stick daur ulang itu bisa digunakan 100-150 orang yang hendak melakukan perjalanan. "Tentu itu tidak sesuai standar kesehatan," jelasnya.