Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam beberapa waktu terakhir kerap melakukan kunjungan ke berbagai negara. Negara yang dikunjungi mulai dari Inggris, Rusia, Jepang, hingga Korea Selatan.
Kunjungan tersebut untuk memperkuat dan melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Prabowo ingin alutsista RI lebih bertenaga dan tidak ketinggalan zaman.
Menurut Pemerhati Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi pembangunan kekuatan dan kemampuan sektor pertahanan membutuhkan waktu yang panjang.
"Pencapaiannya memang membutuhkan waktu yang panjang, namun tentunya tak boleh mentolerir perlambatan," kata Khairul, dalam keterangan tertulis, Rabu (5/5/2021).
Ia mengatakan selama ini terdapat indikasi lambatnya pencapaian target Minimum Essential Force (MEF) atau Kekuatan Pokok Minimum untuk modernisasi sistem pertahanan Indonesia tahap II pada tahun 2015 hingga 2019. Pencapaian sektor pertahanan di Indonesia baru berkisar 65%. Hal tersebut tidak mencapai dari target yang diharapkan, yaitu 75%.
"Maka berbagai kesepakatan kerja sama dan diplomasi pertahanan yang dilakukan oleh Menhan Prabowo Subianto dapat disambut sebagai upaya akselerasi yang serius terhadap implementasi visi pemerintah dalam upaya modernisasi, peremajaan dan kemandirian alutsista maupun dalam rangka pengembangan industri pertahanan dalam negeri," tutur Khairul.
Khairul memandang diplomasi pertahanan sejatinya merupakan salah satu sarana mewujudkan kepentingan nasional di bidang pertahanan dan keamanan. Peranannya sangat strategis dalam menghadapi permasalahan yang ada. Ia juga menjelaskan bahwa implementasi diplomasi pertahanan memiliki tiga bentuk kegiatan utama.
Pertama adalah defence diplomacy for confidence building measures, yaitu diplomasi yang dilakukan untuk membangun kepercayaan, mengurangi rasa takut dan kesalahpahaman dari kedua belah pihak. Kedua defence diplomacy for defense capabilities, yaitu diplomasi yang diarahkan pada upaya meningkatkan kemampuan sektor pertahanan.
Terakhir, adalah defence diplomacy for defence industries, yaitu diplomasi pertahanan yang tujuannya adalah membangun kerja sama industri pertahanan.
"Kunjungan yang dilakukan telah menghasilkan sejumlah rencana kerja sama strategis. Baik yang menyangkut pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan alutsista seperti pesawat tempur, tank dan kapal selam, kerja sama yang menyangkut pendidikan, pelatihan dan latihan militer, maupun berbagai rencana strategis lainnya yang menyangkut peningkatan daya saing dan pemasaran produk industri pertahanan dalam negeri," pungkas Khairul. dtc