Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
SIAPA yang tidak mengenal Pdt Dr SAE Nababan. Tokoh Protestan dan berperan di sejumlah lintas zaman ini, tadi sore, Sabtu (8/5/2021) , sekira pukul 16.40 WIB, pada usia jelang 88 tahun, telah menghembuskan nafas terakhir. Saat ini jenazah disemayamkan di Rumah Duka Sentosa, RSPAD Jakarta Pusat.
"Hasil komunikasi ke Jakarta dengan pihak keluarga, rencana akan dibawa ke Siborongborong. Tetapi akan diputuskan terlebih dahulu melalui 'Tonggo Raja' besok," sebut Pdt Binbin Harianja, dari Kantor Pusat HKBP di Pearaja,Tarutung.
Mantan Kepala Departemen Diakonia HKBP selama 2 periode, Pdt Nelson Flores Siregar mengungkapkan perasaan sedih atas kepergian seniornya itu. Dia pun menyampaikan kisah perjalanan seorang SAE Nababan.
SAE Nababan lahir di Tarutung tanggal 24 Mei 1933. Setelah menamatkan sekolah tinggi theologi Jakarta pada Februari 1956 dengan predikat cum laude, ia diitahbiskan menjadi pendeta HKBP tanggal 24 Juni 1956 di HKBP Pematangsiantar.
Kemudian melanjutkan studi di Universitas Ruperto Carola Heidelberg dan meraih gelar lulus doktor theoligiae pada Februari 1963 juga dengan cum laude.
"Semasa mudanya, beliau SAE Nababan sangat aktif mengorganisir pelayanan kemahasiswaan pada 1950-1952. Hingga dipercaya menjadi Sekretaris Umum NHKBP Jakarta dan pengurus GMKI Jakarta 1952-1955,"cerita Nelson.
Pelayanannya sebagai pendeta, lanjut Nelson, diawali sebagai pendeta pemuda di Jalan Sudirman, Medan, lantas pada tahun1960 menjadi pendeta pemuda gerakan mahasiswa Kristen di Jerman.
Tahun 1960-1964 , menjadi anggota komite eksekutif federasi mahasiswa Kristen sedunia ( WSCF). Tahun 1961-1968 anggota komite pemuda dewan gereja-gereja sedunia (WCC ). Tahun 1963-1968 sekretaris muda pertama penuh waktu dewan gereja-gereja se- Asia yang belakangan menjadi Christian Conference of Asia. Selain itu ia melayani di dewan gereja di Indonesia, kemudian PGI .
SAE Nababan pun kembali terpanggil oleh dorongan para pemuda menjadi Ephorus di HKBP tahun 1987-1998. Selain itu juga terpilih menjadi ketua pertama di United Evangelical Mission (UEM), yaitu awal dibesutnya menjadi organisasi zending yang mengutus para missionar mengabarkan injil, mulai dari Dr IL Nommensen.
Nelson Flores mengungkapkan lagi, satu hal yang mendasar, SAE Nababan bersama dengan TB Simatupang meletakkan dasar yang kokoh bagi gereja ketika akhirnya PGI turut mendukung Pancasila sebagai azas berbangsa dan bernegara.
Krisis yang terjadi di HKBP tahun 1993-1998, dengan penuh ketegaran dan keyakinan berani bersaksi untuk mempertahankan hak-hak gereja tanpa campur tangan negara, apalagi militer.
Pada situasi itu sebut Nelson, dalam konteks itu pula ia (SAE Nababan) bergerilya melakukan pelayanan gereja di tengah masyarakat, para pelayan dan jemaat yang turut berjuang.
"Hingga ketika Soeharto mundur dari kekuasaan, terbukti HKBP dapat menjalankan fungsinya mengadakan sinode agung memilih, dan menentukan jadwal pilihan pada Sinode 1998, dengan terpilihnya fungsionaris baru," tutur Nelson Siregar.
Kendati sudah banyak berjuang tutur Nelson, SAE Nababan dengan tegar dan tabah ikut menghantar pelaksanaan Sinode Agung, menghadiri serta menyerahkanterimakan tugasnya sebagai Ephorus HKBP.
SAE Nababan seorang pelayan yang bersaksi di tengah dunia tak hanya dalam konteks regional, tapi nasional dan internasional. Tak hanya sebagai teolog, tapi bersama rakyat berjuang memperjuangkan kebenaran, keadilan dan keutuhan ciptaan. Dalam konteks itu kita juga patut mengingat bahwa beliau turut menuntut agar PT Inti Indorayon Utama harus ditutup.
"Semoga dengan perjuangannya, gereja tetap bersaksi dan berjuang agar negara menghormati hak-hak kebebasan beragama, hak-hak azasi manusia serta lingkungan hidup harus dijaga bersama oleh rakyat dan negara," tutup Pdt Nelson Flores.
Selamat Jalan Dr SAE Nababan!