Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Menjelang Lebaran, kunjungan ke pusat perbelanjaan (mal) dan pasar di Kota Medan cukup tinggi. Sayangnya, ada sejumlah pengunjung yang tampak abai dengan protokol kesehatan (prokes) seperti menurunkan masker dan tidak menjaga jarak. Lalu seberapa besar potensi penyebaran Covid-19 di pusat perbelanjaan dan pasar? Apakah dua tempat ini akan menjadi klaster baru hingga mengerek kasus positif Covid-19 di Kota Medan?
Menurut pengamat kesehatan yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) , dr. Umar Zein, setiap ada kumpulan banyak orang di suatu tempat, akan berpotensi terjadi penularan Covid-19 di situ. "Tapi seberapa besar potensinya, tergantung angka penularan di daerah itu dan tingginya peningkatan kasus saat itu. Misalnya Kota Medan. Nah, harus merujuk pada kasus positif saat ini," katanya, Selasa (11/5/2021).
Dari pantauan Medanbisnisdaily.com, pusat perbelanjaan dan pasar memang nampak padat sejak Sabtu (8/5/2021). Banyak warga memanfaatkan hari libur akhir pekan untuk berbelanja keperluan Lebaran. Selain itu, THR yang baru keluar juga menjadi penyebab warga baru berbelanja mulai H-5 Lebaran hingga hari ini.
Tidak ayal, kondisi ini pun membuat tenant-tenant di mal ramai pengunjung. Untuk pasar sendiri terutama Pusat Pasar Medan, juga padat karena berbagai keperluan Lebaran memang tersedia di pasar tersebut dan harganya lebih murah dibandingkan mal. Namun karena terlalu fokus berbelanja, pengunjung jadi lalai dan tak disiplin menjalankan prokes Covid-19.
Menurut Umar Zein, supaya relatif aman ke mal atau pasar, jumlah pengunjung memang harus dibatasi oleh pengelola agar ada jarak antar pengunjung. "Karena jika tidak dibatasi, maka pengunjung akan merasa bahwa itu memang tidak dilarang. Tapi jika dibatasi, otomatis sudah ada jarak antar pengunjung," katanya.
Selain itu, pengunjung dan pedagang maupun karyawan tenant-tenant di mal, harus menerapkan prokes dengan disiplin. "Bahkan akan lebih baik lagi, karyawan tenant-tenant dan pengunjung cek rapid antigen atau ama seperti syarat naik pesawat. Jadi yang positif tidak boleh masuk mal," kata Umar Zein.
Dia kembali menegaskan, bepergian ke mal di tengah pandemi seperti ini tetap berisiko tertular Covid-19. Meski untuk mengetahui seberapa besar risikonya harus dihitung dulu. Karena itu, penerapan prokes tidak boleh 'sekadar' saja dan harus benar-benar disiplin. Selain itu, diimbau juga untuk berbelanja yang perlu saja sehingga durasi di mal juga tidak terlalu panjang.