Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Banjir bandang disertai longsor yang kembali menghantam kota wisata Parapat, Simalungun, Sumatra Utara (Sumut), Kamis (13/5/2021) disinyalir akibat alih fungsi hutan di kawasan Sibaganding-Sitahoan. Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pdt Dr Robinson Butarbutar dalam siaran persya bahkan dengan terang-terangan mengatakan banjir bandang dan longsor itu ada kaitannya dengan penebangan kayu di Sitahoan dan kawasan Hutan Sibatuloting.
Hal sama juga disampaikan mantan anggota DPRD Sumut, Richard Sidabutar. Dikatakannya dulunya hutan Sibaganding-Sitahoan ini adalah kawasan hutan. Lalu kehutanan mengeluarkan Sitahoan dari kawasan dan dibuatlah enclave.
"Namanya enclave Sitahoan. Luasan lebih kurang 500 ha. Luasan ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Enclave ini sekarang dikuasai/dimiliki oleh pihak ketiga. Sekarang kabarnya sudah pindah tangan, bahkan diperjual belikan. Disinyalir ada oknum yang menguasai lahan itu," kata Richard Jumat (15/5/2021)
Mantan komisi B ini mendesak agar dicari tahu apakah kawasan Sitahoan masih enclave di peta kawasan hutan Simalungun? Dan apakah statusnya menjadi APL? Bisa dipastikan jika kerusakan hutan di hulu dibiarkan terus terjadi, maka masyarakat sekitar tinggal menunggu banjir dan longsor yang lebih besar. Dan masyarakat di hilir yang akan menjadi korban.
"Untuk menyelamatkan kualitas lingkungan dan kelestarian alam di sekitar Danau Toba, para stakeholder harus mengembalikan kawasan Sitahoan itu kepada kehutanan, sesuai fungsi awalnya. Bila tidak bencana yang lebih besar tengah mengancam," katanya.