Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tapteng. Bupati Tapteng, Bakhtiar Ahmad Sibarani menyatakan, saat ini dirinya sedang berhadapan dengan bandar narkoba dan para pemakainya, pengusaha kafe remang-remang dan juga para pemilik mesin judi.
“Pertanyaannya, apakah saya takut? Jawabannya saya tidak takut. Saya akan lawan, meski nyawa jadi taruhannya,” kata Bakhtiar kepada wartawan usai menggelar silaturahmi dengan kepala sekolah SD dan SMP se dapil 3 Tapteng, di gedung Serbaguna Pandan, Selasa (18/5/2021).
Dia juga menyebut, kemungkinan sekarang ini ada kelompok tertentu yang dibiayai oleh mereka-mereka itu untuk memusuhi dan memfitnahnya di media sosial dan segala macam.
“Saya jawab! Saya tidak gentar, demi masyarakat Tapteng, jangankan harta, nyawa pun akan saya pertaruhkan untuk menegakkan kebenaran,” ketus Bakhtiar.
Bakhtiar juga menyinggung, katanya ada orang yang melaporkan dirinya terkait dugaan kasus dana desa, dan katanya sudah viral di media sosial.
“Jangan mengarang kita dilaporkan ke polisi. Biar kita lihat, kami persilakan polisi untuk memeriksa anggota kami sesuai laporan orang itu. Tapi kami juga minta supaya orang itu diperiksa, dan kalau terbukti fitnah, kami minta agar ditangkap,” katanya.
Menurut Bakhtiar, orang itu pun sudah dilaporkan ke polisi, PMD yang melaporkan. Karena itu fitnah. Jadi, jangan berasumsi 129 desa, lantas semua desa seperti itu.
“Silakan tanya Pak Kajari, atau silakan kunjungi situs sid kemendesa.go.id, bisa dilihat semua. Kalau gak tahu jangan ngomong dia. Orang kalau gak tahu nanyak, jangan bodoh bicara yang tidak benar, gitu lho,” kata Bakhtiar.
Bakhtiar kemudian menjelaskan, desa yang menganggarkan Alkes itu ada 96 dan dananya sudah dikembalikan.
“Pertanyaannya, kenapa dikembalikan? Biar jangan jadi fitnah, dulu waktu membuat usulannya itu, memang masker dan alkes itu susah dicari, karena pertama Covid-19,” katanya.
Ternyata, setelah barangnya itu mau datang, harga barang sudah murah, makanya PMD meminta kepada kepala desa untuk menolaknya.
“Karena kita takut, beruntung pengusahanya mau mengembalikan dananya 100 persen,” Bakhtiar menambahkan.