Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medan 11 Mei 1998.
Siang itu aku bersama kawan Barita Lumbanraja, Fransiskus Sitanggang alias Jorbut (Ketua SMPT Unika) datang menghadap Pak Gultom (PUREK III) Rupanya sejak siang beliau memang sudah mencari-cari kami. Dan setelah ketemu baru kami tau bahwa ada isu yg sampai ke telinga beliau dan pihak yayasan tentang berita akan adanya penculikan beberapa orang tokoh aktivis mahasiswa, termasuk kami. Untuk menghindari kemungkinan terburuk, maka beliau menganjurkan kami utk menyingkir keluar kota untk beberapa hari sampai kondisi benar-benar aman. Saat itu memang situasi politik nasional sedang tidak menentu.
Malamnya kami berangkat menuju suatu tempat persembunyian yg sudah dipersiapkan, yakni Palipi namanya, letaknya di Pulau Samosir. Selama dalam perjalanan, api kerusuhan sudah menjalar pada hampir semua kota yg kami lewati. Ya, kerushuan rasial anti-Cina.
12 Mei 1998.
Bermula dari aksi solidaritas terhadap pelecehan seksual yg dilakukan aparat terhadap mahasisiwi IKIP Medan (Unimed) saat unjuk rasa, kerusuhan mulai terjadi di luar lingkungan Kampus IKIP, Jalan Pancing Medan. Mulanya Pasar Aksara Plaza jadi sasaran amuk massa, lalu merembes ke tengah kota dan menjalar ke mana-mana. Kemudian tanggal 12 sore di layar tv sudah ramai diberitakan peristiwa kerusuhan rasial anti-Cina di Ibu Kota Jakarta. Rumah-rumah dan pertokoan milik etnis keturunan Tionghoa dijarah, hartanya bendanya dirampas massa, dan perempuannya diperkosa. Kerusuhan ini sepertinya memang ada yang menggerakkan atau sengaja direkayasa. Buktinya kerusuhan itu bisa terjadi bersamaan dan serentak terjadi pada hampir seluruh kota di Indonesia. Peristiwa kerusuhan inilah yang kemudian dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998.
13 Mei 1998
Hari itu hampir semua media massa memberitakan khabar tentang kerusuhan yg terjadi pada hampir seluruh kota di tanah air. Sementara di Jakarta keadaan mencekam, kerusuh di mana-mana. Ini buntut dari peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti yang menewaskan 4 orang mahasiswa, yakni Elang Mulia, Hafidin Royan, Hendriawan dan Heri Hartanto.
Jakarta berkobar, kerusuhan, penjarahan, pembakaran toko dan perkantoran terjadi di mana-mana. Bahkan Yogya Depatement Store terabakar habis, Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur ludes dijarah massa. Diperkirakan ada sekitar 500 orang meninggal dunia terpanggang hidup-hidup pada peristiwa kerusuhan itu.
Sementara hari itu aku dan 2 kawan aktivis Unika St Thomas Medan ( Fransiskus Sitanggang alias Jorbut dan Barita Nainggolan) masih sedang berada dalam persembunyian di seputar Kota Siantar sembari mencermati perkembangan situasi. Kemudian esoknya kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Samosir untuk engasingkan diri.
Medan,16 Mei 1998.
Situasi pasca kerusuhan 12-14 Mei semakin tak menentu. Kerusuhan rasial sudah redah, namun bekasnya masih tampak nyata. Setelah 5 hari bersembunyi di luar kota, hari itu kami memutuskan keluar dari persembunyian untuk kembali ke kampus. Setibanya kami di Kota Medan situasinya saat itu sudah sedikit berbeda. Aparat tidak lagi begitu refresip menghadapi aksi-aksi mahasiswa. Malahan Mahasiswa sudsh diperbolehkan keluar kampus.
Medan,18 Mei 1998.
Berkaitan dengan adanya isu rencana aksi serentak 20 Mei di seluruh Indonesia, aku dan kawan Mangasi Tua Purba (eks Ketua KPUD Kota Siantar) ikut menghadiri pertemuan perwakilan 10 kampus yang ada di Kota Medan. Pertemuan itu dilakukan di sebuah tempat yg lumayan rahasia, tepatnya di daerah sejuk nandingin Sibolangit.
Pertemuan ini setahuku digagasi oleh kawan Turunan Gulo (aktivis mahasiswa Universitas HKBP Nomensen), dan Lindung Buaya (Sibuea/almarhum). Pada pertemuan terssebut kami sepakat ikut serta dan dan menurunkan massa dari kampus masing-masing pada aksi yang khabarnya akan dilaksanakan secara serentak di seluruh kampus di Indonesia, yakni, Hari Rabu, 20 Mei 1998. Isu utama yg disepakati untuk dibawa pada Aksi tersebut adalah "Turunkan Soeharto"
Medan,19 Mei 1998.
Bertempat di aula Unika St Thomas Medan, 2 forum aksi mahasiswa bertemu, yakni forum yang tergabung dalam 10 institusi yang semalamnya bertemu di Sibolangit dan forum aksi mahasiswa yang tergabung di dalam Komite Nasional Mahasiswa Indonesia (KNMI) yang semalamya terbentuk di Kampus ITM Medan.
BACA JUGA: Omnibus Law Tak Seburuk yang Diperkirakan
Ada 26 perwakilan institusi kampus yg ada di Kota Medan dan sekitarnya yang hadir di dalam pertemuan hari itu. Semua mempunyai semangat dan tujuan sama, yakni 'Turunkan Soeharto dan Reformasi total sekarang juga!'
Forum aksi bersama disepakati, perangkat aksi dibentuk, waktu aksi dan titik kumpul ditetapkan. Sasaran aksi yang disepakati adalah Kantor DPRD Sumut. Masing-masing kampus diminta untuk 'menumpahkan' mahasiswa yang ada dari dalam kampus dan bergererak berjalan kaki menuju kantor DPRD Sumut. Waktu start aksi disepakati pukul 10 pagi.
Pelaksanaan aksi disepakati tanggal 20 Mei 1998. Tanggal itu dipilih mengingat pada hari itu adalah Hari Kebangkitan Nasional. Ya, 20 Mei 1998, seluruh mahasiswa Indonesia bergerak turun jalan. Isunya yg diusung sama; "Turunkan Soeharto dan Reformasi total".
Medan, 20 Mei 1998.
Puluhan ribu mahasiswa dari segala penjuru Kota Medan yang berasal dari berbagai kampus hari itu tumpah-ruah turun ke jalan. Pagi itu hampir seluruh penjuru jalanan kota di Kota Medan dipenuhi oleh deretan massa mahasiswa, berikut warna-warni jeket dan bendera masing-masing almamaternya.
Setiap kelompok barisan massa mahasiswa, di depannya terbentang spanduk panjang yg bertuliskan "TURUNKAN SOEHARTO, REFORMASI TOTAL, ADILI SOEHARTO BESERTA ANTEK2NYA" dll. Tiap kelompok iring-iringan massa dikompandoi oleh satu orang pemimpin aksi, dan di depan iring-iringan massa aksi ada satu orang orator yg menyemangati peserta aksi, sekaligus mengendalikan massa. Suara sang orator terderdengar bergema 'menggebrak' langit jalanan lewat pengeras suara, dan kelihatan sangat berapi-api saat berpidato.
Baru kali ini aku dan kawan-kawan mahasiswa dari kampusku pernah melakukan aksi dengan berjalan kaki sejauh ini, yakni dari Kampus Unika St Thomas Tanjung Sari medan, menuju Kantor DPRD Sumut yang jaraknya kira-kira 15 km jauhnya. Anehnya, sepanjang perjalanan aksi turun ke jalan hari itu nyaris, tidak ada aparat keamanan yg menghalangi perjalanan aksi kami.
Sesampai di Kantor DPRD Sumut, di sana sudah berkumpul puluhan ribu mahasiswa yang tumpah dari seluruh universitas yg ada di Kota Medan dan sekitarnya. Warna-warni jeket, bendera dan panji-panji almamter membaur menjadi satu. Seakan hari itu negeri ini memang milik kami, milik kaum muda yang rindu perubahan, kaum yang muak dengann kebobrokan rezim, kaum yg menuntut adanya "Reformasi Total".
Medan, Kamis 21 Mei 1998
Pagi itu aku baru saja selesai berkemas, bersiap-siap hendak berangkat aksi lanjutan pendudukan kantor DPRD Sumut. Seperti biasa, sebelum berangkat aku singgah sebentar di warung kopi tempat biasa aku nongkrong, persis di sebelah rumah kostku.
Belum lagi kopi yang baru saja aku pesan kuteguk, sekonyong-konyong di layar TV muncul siaran langsung pidato sang "Guru Besar Orde Baru" Soeharto, yang sekilas isi pidatonya kira-kira bunyinya begini;
".... Oleh karna itu Saya memutusken untuk menyataken berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kemis, 21 Mei 1998.."
Sontak seisi warung, seluruh mahasiswa Indonesia, dan semua rakyat Indonesia yang menyaksikan tayangan live pidato Soeharto itu bersorak-sorai dan riang gembira; "Soharto lmundur...,Soeharto mundur.....!"
Ya.... akhirnya sang diktator guru besar rezim orde baru bernama Soharto itupun lengser keprabon setelah 32 tahun lamanya berkuasa!
====
Penulis Aktivis '98.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel/surat pembaca) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter (surat pembaca maksimal 2.000 karakter). Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel/surat pembaca dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel/surat pembaca sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan/surat pembaca Anda ke: [email protected]