Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sejumlah daerah di Indonesia melaporkan terjadinya kenaikan kasus virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pasca libur Lebaran. Melonjaknya kasus COVID-19 tersebut juga menyebabkan kenaikan pesat tingkat keterisian tempat tidur atau BOR (Bed Occupancy Rate) pada sejumlah rumah sakit.
Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), dr. Lia G. Partakusuma SpPK(K) MM MARS, mengatakan bahwa, lonjakan kasus COVID-19 ini diperkirakan masih akan terus terjadi hingga beberapa minggu berikutnya. Pengalaman yang terjadi sebelumnya, yaitu libur panjang Natal dan Tahun Baru, libur panjang Idulfitri, dan libur panjang lainnya, menunjukkan bahwa kenaikan kasus COVID-19 itu akan mencapai puncaknya sekitar 5 sampai 7 minggu setelahnya.
dr Lia mengatakan, semakin tinggi jumlah kasus positif COVID-19 tentu akan berpengaruh dengan semakin tinggi persentase pasien COVID-19 yang akan dirawat di rumah sakit. “Belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa rata-rata 20% dari total pasien positif COVID-19 itu perlu dirawat di rumah sakit, dan 5% di antaranya harus dirawat di ruangan isolasi," ujarnya dalam keterangannya, Minggu (13/6/2021).
dr Lia mengatakan, kapasitas tempat tidur di masing-masing rumah sakit berbeda-beda, tergantung dari jenis dan lokasi rumah sakit. Kapasitas tempat tidur di rumah sakit beberapa provinsi lebih besar dari rumah sakit di provinsi lainnya. “Sebagai contoh DKI Jakarta, terjadi kenaikan BOR, namun jumlah tempat tidur di Jakarta cukup banyak. Kenaikan belum sampai 70%, jadi kelihatannya belum overload. Namun memang di beberapa daerah lainnya, seperti Kudus dan Bangkalan, rumah sakit disana tidak besar kapasitasnya. Begitu terjadi lonjakan kasus, rumah sakit tidak lagi mampu menampung pasien,” jelasnya.
dr. Lia juga mengatakan bahwa seluruh rumah sakit anggota PERSI menerapkan anjuran Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur bagi pasien COVID-19. “Jika BOR-nya telah terisi lebih dari 80% dari peruntukan untuk COVID-19, maka kapasitas akan ditambah lagi menjadi 40%. Dan 25% dari tempat tidurnya harus menjadi ICU khusus ruang isolasi COVID-19. Saat ini memang datanya terus bergerak, setiap rumah sakit harus mempelajari ini, dan harus bergerak cepat serta bekerja sama jika terjadi lonjakan kasus,” kata dr. Lia.
Dari laporan rumah sakit para anggota PERSI untuk yang kapasitas tempat tidurnya tidak banyak memang pasien sudah mulai membludak. Antrian di IGD juga sudah mulai panjang, termasuk di Jakarta. “Karena pasien harus di skrining terlebih dahulu, dilakukan tes COVID-19. Pada saat menunggu hasil tes, ini yang menyebabkan antrian pasien menjadi panjang. Hal ini sebenarnya tidak kita inginkan. Kita maunya pasien cepat masuk, dan cepat juga keluar. Agar tidak berkerumun di rumah sakit ,” tuturnya.
Saat kapasitas rumah sakit tidak lagi mencukupi, langkah rujukan akan diambil. “Tapi tidak semua pasien bersedia dirujuk. Malah ada yang akhirnya menolak dirawat. Ini kan sebetulnya tidak boleh, apalagi dalam kondisi wabah seperti sekarang ini,” ungkap dr. Lia.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, sinergi antara rumah sakit dan pemerintah sangat dibutuhkan. Kondisi di lapangan, setiap rumah sakit pasti memiliki titik batas, dari sisi tempat tidur, obat-obatan, APD, dan tenaga kesehatan.
“PERSI telah mengeluarkan edaran agar anggota kami saling berkoordinasi satu sama lain dalam mempersiapkan tempat tidur, SDM, logistik, obat-obatan, serta berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Semoga masyarakat bisa memahami bahwa kemampuan rumah sakit itu memiliki batas, sehingga tidak lalai dalam menjalankan protokol kesehatan,” ujarnya.
Saat ini, komunikasi antara rumah sakit dengan pemerintah dalam penanganan COVID-19 telah berjalan cukup baik. “Data sudah mulai terintegrasi dan diumumkan secara berkala oleh Satgas COVID-19. Kemenkes juga rutin melakukan briefing untuk menyampaikan update situasi terkini. Sehingga kami dari PERSI dapat meningkatkan kesiagaan dan tahu bagaimana untuk bertindak. TNI dan Polri juga sangat membantu dalam pelaksanaan di lapangan. Semoga sinergi baik ini terus terjaga dan dapat terus kita tingkatkan bersama,” ungkapnya.
dr Lia juga berharap masyarakat dapat tetap menjaga protokol kesehatan dan melaksanakan imbauan pemerintah untuk vaksinasi.