Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan (BPEK) PDI Perjuangan Sumut melakukan penanaman bibit G0 (G nol) kentang di Desa Ujung Aji Tanah Karo, dalam rangka memberdayakan petani meningkatkan kualitas produksi pertanian hortikultura.
Ketua BPEK PDI Perjuangan Sumut, Sugianto Makmur, Jumat (18/6/2021) menyebutkan, penanaman bibit G0 kentang merupakan salah satu program PDI Perjuangan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat petani, karena bibit G0 kentang merupakan bibit unggul yang berkualitas dijamin.
Sugianto menjelaskan, penanaman perdana bibit kentang G0 dilakukan secara simbolis antara lain Ketua DPRD Karo Iriani, Kepala UPT Dinas Pertanian dan Holti Sumut Lambok Turnip, Kepala BPEK Karo Medi Cadero dan BPEK PDI Perjuangan Sumut dan Sekretaris BPEK Karo Jalek Surbakti.
"Dengan adanya penanaman bibit G0 kentang, diharapkan petani kentang tidak lagi membeli bibit dari luar Provinsi Sumatera Utara seperti Jawa Barat, karena sudah ada perusahaan penjual bibit kentang dengan kualitas yang baik," ujar Sugianto.
Karena, lanjut Sugianto Makmur, akan banyak keuntungan yang diperoleh petani dari program penanaman bibit GO kentang, diantaranya dapat diketahui asal usul bibit yang jelas, kemudian standar harga dari penangkar Rp15 ribu per kg sementara dibagen Rp25 ribu per kg. Selain itu, petani juga bisa diarahkan menanam kentang dengan pola 50 persen untuk konsumsi dan 50 untuk benih, sehingga petani tidak ketergantungan benih saat musim tanam kentang tiba.
Menurutnya, Karo juga nantinya akan swadaya bibit kentang berkualitas dan berpotensi manahan putaran uang keluar bisa mencapai Rp100 miliar tiap tahunnya dan kesejahteraan petani Karo akan semakin baik dan meningkat.
Karena itu, Sugianto Makmur juga mengingatkan, kemajuan suatu negara diawali dari desa yang rakyatnya maju dan hidup sejahtera, bahkan multi player efeknya tidak ada yg negatip tapi semuanya positip, karena desa jauh lebih banyak termasuk daya belinya.
“Tujuan kita memajukan desa. Masyarakat desa harus sejahtera dan makmur, harus kaya. Untuk mencapai itu, kita harus merubah cara berpikir kita. Apakah pernah terpikir, kenapa di Vietnam harga beras Rp6500/kg dan petaninya sejahtera, sedangkan di Indonesia harga beras Rp13.000/kg, tapi nasib petani kita tidak menentu," katanya.
Di Tanah Karo, ungkap Sugianto, petani lebih banyak memakai pupuk non subsidi, karena pupuk subsidi masih tidak tepat waktu, tidak tepat kualitas dan tidak tepat kuantitas. "Akan lebih baik pupuk subsidi dicabut saja.
Kita harus mengerti, di zaman globalisasi ini, kita bersaing antar kabupaten atau antar provinsi, tetapi kita sedang bersaing dengan Brazil dalam hal harga jagung. kita bersaing dalam hal menghasilkan harga pangan yang kompetitif.
"Bagaimana menciptakan kemandirian pangan sesegera mungkin. Bagaimana dalam proses ini, kita bisa ciptakan generasi petani yang modern dan sejahtera sebagai tulang punggung negara dalam mencapai negara adil, makmur dan sejahtera," tandasnya.