Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kasus Covid-19 di Sumatra Utara (Sumut) beberapa pekan terakhir terus mencatatkan penambahan. Per 18 Juni 2021, terdapat enam kabupaten/kota yang menyampaikan laporan penambahan 137 orang kasus konfirmasi positif. Masing-masing yakni Medan 94 orang, Deliserdang 20 orang, Karo 19 orang, Dairi dua orang, serta Tanjungbalai dan Padang Lawas masing-masing satu orang.
Atas penambahan itu, terang Plt Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Aris Yudhariansyah, maka total kasus konfirmasi di Sumut meningkat menjadi 34.061 orang. Dari jumlah ini terbanyak berasal Medan dengan 17.286 orang, Deliserdang 5.439 orang, Simalungun 973 orang dan Karo 894 orang.
Dari kasus-kasus tersebut maka saat ini diketahui ada 2.671 kasus aktif Covid-19 di Sumut yang masih ditangani. Sedangkan untuk Kota Medan kasus aktifnya berjumlah 1.104 orang.
Lalu dengan kasus positif Covid-19 yang masih terus bertambah di Sumut terutama Kota Medan, sejauh mana kedisiplinan warga dalam melaksanakan protokol kesehatan (prokes) Covid-19? Hal ini memang menjadi poin penting karena kesadaran masyarakat dalam melaksanakan prokes 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas akan bisa mencegah penyebaran Covid-19.
Sayangnya, sejumlah warga masih mulai abai dengan prokes Covid-19. Di area-area publik, akan mudah menemukan warga yang mulai kendor soal masker. Ada yang tidak memakainys atau masker hanya dijadikan aksesoris alias diturunkan ke dagu. Dan biasanya, hanya akan mematuhi menggunakan masker dengan benar jika sudah ditegur oleh petugas. Setelah itu, akan diturunkan kembali ke dagu.
Bahkan di pasar yang notabene merupakan tempat yang ramai, pengunjung maupun pedagang kerap kali menggunakan masker dengan cara yang tidak benar. "Aduh, sesak rasanya memakai masker lama-lama. Ya kadang saya turunkan saja. Lagian kurang jelas ngomong kalau pakai masker," kata pedagang di Pasar Petisah Medan, Ria, Minggu (20/6/2021).
Perempuan paruh baya yang mengaku tetap takut terpapar virus Corona ini menuturkan sebisa mungkin memakai masker dengan benar. Hanya saja, ketika berinteraksi dengan pembeli kadang jadi tidak jelas karena berbicara sambil menggunakan masker. Jadinya kadang pembeli-nya pun melakukan hal yang sama.
Ditanya apakah tahu soal kasus positif yang bertambah termasuk di Kota Medan, ia mengaku kurang tahu secara rinci. "Kadang hanya dengar di televisi atau saat ngobrol dengan sesama pedagang. Agak khawatir memang. Tapi karena kami berjualan di area terbuka, jadi mudah-mudahanlah sehat-sehat saja," katanya seraya menambahkan ke depan akan lebih disiplin untuk menerapkan prokes terutama soal menggunakan masker. Ia melakukan itu bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk anak-anaknya di rumah.
Sementara itu, pengunjung Plaza Medan Fair, Frengky, mengatakan, menjadi barang wajib, memakai masker memang sedikit tersiksa di awal-awal pandemi. "Karena tidak terbiasa, jadi agak sesak. Otomatis saya tersiksa. Kalau sekarang sudah bisa beradaptasi. Meski memang sesekali menurunkan masker ke dagu," tuturnya.
Namun, pria yang sehari-hari bekerja di bidang telekomunikasi ini mengaku terus mengkonsumsi makanan dan vitamin yang bisa menjaga kesehatannya serta menambah imun tubuh. Karena dia sadar, jika virus ini bisa menyerang siapa pun.
Masih banyaknya masyarakat yang kerap menurunkan masker ke dagu dan menganggapnya hanya sebagai aksesoris, sebenarnarnya menjadi masalah besar dalam menekan penyebaran Covid-19. Karena menurunkan masker ke dagu sama artinya dengan tidak memakai masker.
Pengamat kesehatan yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) , dr. Umar Zein, mengatakan, mengubah perilaku memang tidak mudah. Tapi penyuluhan harus diiringi dengan tindakan konsisten dan tidak diskriminatif. "Jangan sebagian dilarang, sebagian lagi seperti pembiaran. Semua tempat orang berkumpul, berisiko sebagai tempat penularan Covid-19. Semua orang tak pakai masker berisiko jadi sumber penularan, meskipun dia tidak sakit," katanya.
Umar Zein mengatakan, prokes harus tegas dan tidak boleh kendor. Sarana prokes pun harus tetap tersedia di tempat-tempat orang dapat berkumpul. Seperti pasar, rumah ibadah, rumah makan, sekolah, kantor-kantor, tempat wisata, kenderaan umum, dan lainnya.
Sementara di tengah meningkatnya kasus positif, tracing dan testing harus ditingkatkan. Selain itu, vaksinasi juga dipercepat pencapaiannya. Tentu disamping itu, meningkatkan imunitas tubuh dan pencegahan penularan, adalah upaya yang terus menerus dan menyeluruh dari rumah tangga, lingkungan/dusun hingga Provinsi, bukan periodik, apalagi sebagian-sebagian.
"Pelaksanaan prokes harus ketat dan tegas. Jadi masyarakat yang abai prokes bisa berkurang. Tentu bagi yang tak percaya Covid-19, satu saat akan percaya kalau sudah dirinya atau keluarganya tertular. Tak bisa dipaksa untuk percaya saat ini. Tapi tetap, jika ada pelanggaran prokes, harus ada tindakan yang konsisten dan tidak boleh deskriminatif," tegas Umar Zein.