Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masih misteri sejauh ini apa penyebab penyakit kulit aneh yang diderita 2 anak asal Desa Panjaringan, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Haikal (9 tahun) dan Zakira (3 tahun).
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, mengatakan kedua anak kecil anak dari Khairunisa Rangkuti tersebut, saat ini sudah dibawa dan dirawat di RS Haji Medan.
"Sudah dibawa ke RS Haji, iya sedang di observasi. Dicek dia apa sebenarnya (penyababnya)," ujar Edy Rahmayadi menjawab wartawan di Medan, Senin (05/07/2021).
Ada dugaan bahwa penyebabnya karena merkuri, dampak dari praktik penambangan ilegal yang masih marak di Madina?. Menurut Edy, dugaan awal seperti itu, mengingat posisi Desa Panjaringan yang berada di bawah pertambangan.
"Kalau kita lihat dari posisi desanya, itu atasnya ada penambang emas. Tapi tak bisa kita ngomong seperti itu, kita lihat nanti, kita bawa ke laboratorium apa itu," ujar Edy, seraya mengatakan telah dibentuk tim menangani kedua anak itu yang diketuai dr Inke Lubis.
Lebih lanjut Edy Rahmayadi mengatakan sudah banyak kasus cacat anak di Madina yang diduga kuat dampak dari pertambangan ilegal Madina.
Namun konteks penyakit yang diderita anak-anak tersebut, tidak seperti yang dialami Haikal dan Zakira. "Dia langsung tidak berkaki, kepala rusak. Kalau ini kan dia awal mulanya seperti biasa, sempurna. Tapi terus lambat laun seperti itu," ujar Edy.
Kembali ke penyakit kulit Haikal dan Zakira, menurut Gubernur Edy lagi, kemungkinan ada sesuatu. "Itu alternatif ya, ya kedua kemungkinan genetik. Kalau genetik, orang tuanya duanya sempurna tidak ada apa-apa. Ini yang akan kita pastikan ada apa sehingga kita bisa ambil langkah-langkah penyembuhan," sebutnya.
Lalu langkah-langkah apa yang dilakukan Pemprov Sumut agar tidak semakin marak pertambangan ilegal di Madina?. Menurut Edy, terus dibangun komunikasi dengan masyarakat setempat agar beralih dari pertambangan ke usaha produktif.
"Itu sebenarnya kita sedang dalam komunikasi dengan rakyat yg melakukan tambang, penambangan. Kita alihkan pendapatan rakyat yang selama ini nambang, kita hentikan tambang itu. Setelah itu yang mau bertani kita siapkan pertanian, yang mau beternak kita siapkan peternakan, yang mau perikanan kita siapkan," jelasnya.
Lalu ditanya progresnya seperti sejauh ini, menurutnya terus berjalan. "Itu dalam kondisi kita mengajak masyarakat, karena tambang menggunakan merkuri itu membahayakan, dan buktinya sudah banyak," pungkas Edy.
Sebelumnya pada Minggu (04/07/2021) sore, Gubernur Edy menjenguk kedua anak itu dan orangtuanya di Medan Johor. "Jadi menurut orang tuanya, sejak lahir itu sudah ada seperti luka bakar dan melepuh bercak, akhirnya hingga sampai saat ini, luka itu menyebar hinggga membuat jarinya putus," katanya.
Dan orangtua kedua anak itu, Khairunisa Rangkuti, mengatakan mereka sudah berkali-kali berobat ke rumah sakit namun tidak sembuh juga, dan akhirnya mereka memilih jalur alternatif.
Gejalanya penyakit pada anaknya sudah ada semenjak lahir, dan semua anggota tubuhnya masih normal. Upaya yang dilakukan mereka saat ini yakni berobat jalan serta menggunakan obat tradisional.
Diketahui Nisa dan suaminya adalah warga Madina, tepatnya di Desa Panjaringan, Kecamatan Tambangan Madina. Ayah sang anak kesehariannya adalah buruh tani dan menderes getah karet (pohon rambung).