Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Pada bulan Mei 2021, RS Columbia Asia Medan telah berhasil melaksanakan prosedur Implantable Cardiac Defibrillator (ICD) bagi pasien gagal jantung lanjut. ICD merupakan suatu inovasi pada ilmu kedokteran, khususnya bidang jantung dan pembuluh darah. Ini kabar gembira dan menjadi harapan baru bagi pasien gagal jantung lanjut (advanced heart failure) simtomatik, yang telah mendapatkan terapi gagal jantung secara optimal namun tetap membutuhkan alat penunjang khusus.
Gagal jantung dapat disebabkan banyak hal. Secara garis besar penyebab terbanyak gagal jantung adalah penyakit jantung koroner dengan beberapa penyebab, seperti hipertensi, penyakit katup, kardiomiopati dan sebab lainnya. Menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2018, sebanyak 1,5% penduduk di Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Ini berarti, jika tidak segera ditangani dan dikenali lebih dini, gagal jantung dapat terjadi pada penduduk Indonesia dan akan berakibat fatal. “Hal ini merupakan kabar gembira bagi kami dan masyarakat, karena selain sebagai rumah sakit pertama yang dapat melakukan terapi ini, kami juga berharap agar terapi ICD menjadi solusi untuk pasien gagal jantung sehingga dapat meningkatkan quality of life pasien gagal jantung.” kata Direktur RS Columbia Asia Medan, Prof Dr Sutomo Kasiman SpPD SpJP. Mengenai ICD, dr Anggia C Lubis SpJP SpPD selaku dokter operator prosedur ICD dan salah satu tim kardiologi RS Columbia Asia Medan menjelaskan, ICD merupakan alat medis yang menggunakan tenaga batere dan diimplant di bawah kulit dada. Alat ini berfungsi untuk memonitor irama jantung dan mendeteksi kelainan irama jantung. Apabila dijumpai gangguan irama jantung yang mengancam nyawa, maka alat ini akan memberikan pertolongan pertama untuk memulihkan irama jantung kembali normal. Ia menambahkan, ICD merupakan alat yang berfungsi untuk menyelamatkan nyawa, dengan proses pemasangannya tergolong sangat aman. Alat ini diindikasikan pada orang-orang yang memiliki risiko untuk henti jantung (cardiac arrest), sehingga dapat mencegah kematian karena jantung yang mendadak. Indikasi yang paling populer adalah pada penderita gagal jantung atau jantung bengkak yang masih terus memiliki gejala, seperti mudah lelah, sesak nafas dan aktifitas yang belum bisa kembali normal.