Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
KETIKA kami bertemu sore itu, saya tak menyangka jika pria Minang ini, ternyata baru selesai mengikuti kelas daringnya. Saat ini, katanya, dia berada di semester 3 dalam program Pascasarjana nya. Dan berharap, semester depan bisa meraih gelar master-nya.
Mendengar perkataannya itu, saya yang sedikit banyak sudah mencari tahu tentangnya, kemudian berkata, "Masih lama rupanya pensiun Pak ?" tanya saya mencoba menggali motivasinya.
"Kalau masa dinas sih, gak lama lagi, paling beberapa tahun lagi," jawabnya.
"Sebenarnya tujuan saya (kuliah S2) bukan itu (Karir), tapi bagaimana menghadapi masa purna tugas nanti. Lebih ke bagaimana cara mengisinya," lanjutnya paham arah pertanyaan saya diatas.
Pria bernama lengkap Rusdi Koto ini melanjutkan, bahwa baginya, masa purna tugas bukan berarti masa berhenti berkarya. Melainkan masa dimana aparatur negara, dianggap telah menyelesaikan tugas dengan baik, sehingga pantas diberi penghargaan. Dimana salah satu yang jadi patokannya ialah batas usia tertentu.
"Kalau gak penghargaan apa namanya ? Masa tidak bekerja diberikan gaji (pensiun), itukan bentuk penghargaan," katanya
Karena itu, setelah mengabdi kepada negara, selanjutnya Rusdi ingin hidupnya juga berguna bagi masyarakat.
"Kan alangkah baiknya setelah menjadi abdi negara, kemudian bisa menjadi abdi masyarakat," katanya.
Atas dasar itulah kemudian Pria yang saat ini menjabat Kapolsek Panai Tengah ini, kemudian memutuskan ikut pendidikan pasca sarjana. Memperdalam ilmunya, agar kelak bisa membagikan ilmu dan pengalamannya, dengan menjadi seorang pengajar.
"Wah bagus itu, Pak!" kata saya. "Sebuah tujuan yang mulia."
"Syukurlah kalau begitu," balasnya.
Rusdi menambahkan, baginya niat tersebut merupakan salah satu caranya untuk menjaga kesehatan. Yakni dengan terus berkarya.
"Banyak saya lihat contoh, kawan-kawan yang menurun kualitas hidupnya setelah purna tugas. Termasuk yang sakit ! Kalau bisa saya nanti jangan seperti itulah," tegasnya.
Setelah mendengar kakek satu cucu ini, mengutarakan cita-citanya, maka kurang afdol rasanya jika saya tidak menggali pengalamannya. Meski harus kembali menjadi pendengar yang baik, saya tetap bertanya, "Kapan masuk Polisi Pak?"
"Saya mendaftar Polisi pada tahun 1987. Mendaftarnya di Polda Metro Jaya," katanya.
"Dulu saya tinggal di Depok. SMP dan SMA disana. Lahir memang di Bukittinggi, namun setelah tamat SD, saya langsung 'dipaksa' merantau, ikut bersama Abang di Depok," sambungnya, menjelaskan muasal ia mendaftar Polisi dari Polda Metro Jaya.
Rusdi menuturkan pada saat itu, Polri sedang membuka lowongan besar-besaran. "Saya saja harus menginap sampai 3 hari di Polda Metro hanya untuk mendapatkan surat pendaftaran," kisahnya.
Karena itu meski mendaftar di Polda Metro Jaya, namun pendidikannya dilaksanakan di SPN (Sekolah Polisi Negara) Sampali. Sebab itulah ia kemudian ditempatkan di Polres Tapanuli Utara, selepas dari Sampali.
Perbedaan Yang Memperkaya Khasanah
Meski nasib mengharuskannya hidup di 'tanah Batak', namun Rusdi menerimanya lapang dada. Gen Minang yang mengalir dalam darahnya terbukti mampu membuat ia menikmati kehidupan di lingkungan barunya.
Sedari awal Rusdi sudah berkeinginan untuk mempelajari bahasa lokal. Motivasinya itu pun semakin membuncah setelah harus menghabiskan waktu seharian hanya untuk memeriksa kesaksian seorang warga lokal.
"Waktu saya itu saya memeriksa seorang Ibu (Saksi), yang hanya bisa bahasa Batak. Jadi harus pakai penerjemah lah. Karena itu jadi lama waktunya. Dari jam 10 pagi sampai malam. Setelah itu karena sudah malam, saya jadi harus mengantar Ibu itu pulang ke kampungnya," kenang Rusdi.
Pengalaman itu, membuat Rusdi bertekad harus bisa segera menguasai Bahasa Batak. Salah satu caranya dengan banyak berinteraksi dengan masyarakat lokal.
Dari interaksi ini, dia ternyata mendapat banyak pelajaran. Tak hanya bahasa, namun juga budayanya. Bahkan pengalamannya selama di tanah Batak menjadi salah satu memori paling berkesan di hidupnya.
Selain itu pengalamannya berulangkali dipindahkan ke berbagai Polsek di Taput, membuatnya semakin paham akan kearifan lokal. Yang menurutnya merupakan kearifan yang luar biasa
Contohnya disebutkan Rusdi, tentang bagaimana orangtua di tanah Batak yang reka berjuang mati-matian saat memperjuangkan masa depan anaknya.
"Saya pernah melihat, orang tua yang rela tinggal di rumahnya yang hampir roboh, demi anaknya yang sekolah," katanya.
"Kalo dipikir-pikir gak cocok rasanya kalau seorang perwira misalnya, berasal dari rumah yang seperti itu," sambungnya.
Pengalaman itu ternyata sangat membekas di hati Rusdi. Dan itu jugalah yang menjadi dasar berpikirnya sehingga berkeinginan menjadi seorang pengajar.
Sebagai seorang Minang yang teguh dengan keyakinannya, total 13 tahun lamanya, Rusdi hidup di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Kristiani. Namun perbedaan itu tidak menjadi hambatan baginya. Malah secara jujur diakuinya, perbedaan itu telah memperkaya khasanah kehidupannya.
Setelah Polres Taput, suami Ida Siregar ini kemudian dipindahkan ke Polres Labuhanbatu pada tahun 2001. Sama dengan sebelumnya, di Labuhanbatu Rusdi juga merupakan seorang perantau.
Meski tidak sekompleks saat di 'tanah Batak' tugas di Labuhanbatu juga merupakan pengalaman baru baginya.
"Awalnya saya ditugaskan menjadi pengawas di sebuah pabrik kelapa sawit. Ya namanya pengalaman baru, saya cuma berpikir bagaimana kerja dengan sebaik-baiknya," katanya.
Rusdi memilih bekerja sesuai aturan yang ada. Menjalankan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Contohnya seperti dengan tegas dia menolak menerima buah sawit yang belum matang.
Tindakannya ini tentu membawa keuntungan bagi perusahaan. Meski belum lama bertugas, Rusdi berhasil meningkatkan rendemen CPO perusahaan.
Sebagian pihak tentu merasa dirugikan dengan kebijakan Rusdi ini. Mereka yang yang selama ini terbiasa curang, mencoba menawarinya sejumlah uang agar bersedia bekerjasama. Namun Rusdi memilih mengabaikan tawaran tersebut.
Tindakannya ini ternyata sampai ke telinga Kapolres. Hingga akhirnya dia pun dipuji secara pribadi oleh Kapolres.
"Tindakan saya ini ternyata didukung Kapolres. Meski pihak perusahaan meminta agar saya tetap di pabrik, namun karena dianggap baik, saya dipindahkan ke bagian SIM," ucap Rusdi.
Sejak itu, selama satu dekade dia bertugas di Satuan lalu lintas Polres Labuhanbatu. Hingga akhirnya di tahun 2011, dia diberi kesempatan untuk mengikuti Sekolah Inspektur Polisi (SIP).
Lulus dari SIP, Rusdi kembali ditugaskan di satuan lalulintas. Kinerjanya yang baik membuat dia tetap dipercaya untuk menduduki beberapa jabatan strategis.
Salah satunya saat ditunjuk sebagai Kanit Regident. Dimana jabatan ini biasanya diisi oleh perwira-perwira jebolan Akpol.
Setelah di Regident, dia selanjutnya ditempatkan sebagai Kanit Lantas Polsek Kualuh Hulu.
Nah saat menjadi orang nomor satu di unit Lantas ini lah, Rusdi mencatatkan prestasi besar nya. Dia membuktikan insting penyelidik dan penyidiknya ternyata tak pernah pudar, meski sebagian besar karirnya dihabiskan di satuan lalulintas
Pada tahun 2018, unitnya berhasil menggagalkan upaya penyeludupan ganja seberat 73 kg. Tak lama kemudian, timnya kembali menggagalkan upaya penyeludupan narkoba. Kali ini dalam jumlah yang cukup besar, yaitu Sabu seberat 13 kg dan pil ekstasi sebanyak 20.000 butir.
"Itu sewaktu saya Kanit Lantas Polsek Kualuh Hulu," kata Ayah 4 anak ini.
Atas prestasinya ini, Rusdi kemudian mendapatkan penghargaan dari Kapolda Sumut. Yang ketika itu dijabat oleh Irjen Pol Agus Adrianto.
Selepas itu, Rusdi selanjutnya dipromosikan menjadi Kasiwas di Polres Labuhanbatu. Kemudian diikuti menjadi Kapolsek Panai Tengah yang dijabatnya hingga kini.
Bertugas di Panai Tengah, lagi-lagi Rusdi menunjukkan prestasinya. Dalam hitungan bulan 'Urang awak' ini berhasil membawa Polsek ini menjadi Polsek terbaik se Labuhanbatu dalam ungkap kasus Narkoba dalam operasi Antik 2021. Prestasi ini merupakan prestasi pertama bagi Polsek ini sepanjang sejarahnya.
Mendengar panjang lebar ceritanya ini, saya pun percaya jika Rusdi punya banyak pengalaman yang kelak bisa dibagikannya saat menjadi pengajar. Sungguh tepat rasanya jika pengalamannya bisa menjadi guru bagi orang lain.
Karena itu diam-diam, saya berdoa mudah-mudahan cita-cita Rusdi dapat diwujudkannya. Yaitu menjadi pengajar yang mengabdi ke masyarakat.
Boidata:
Nama lengkap : AKP Rusdi Koto S.H
TTL : Bukittinggi, 26 Maret 1965
Jabatan : Kapolsek Panai Tengah
Pengalaman kerja :
- 1988 - 2001 : Polres Taput
- 2001 - Sekarang : Polres Labuhanbatu
Jabatan :
- 2013 Kanit Laka Sat Lantas Polres Lab
- 2013 Kanit Reg Ident Sat Lantas Polres Lab
- 2015 Kanit Turjawali Sat Lantas Polres Lab
- 2017 Kanit Lantas Polsek Kualuh Hulu
- 2020 Kasiwas Polres Lab
- 28 Oktober 2020 - Sekarang : Kapolsek Panai Tengah Polres Labuhan batu.
Prestasi :
- Feb 2018 : Mengungkap ganja 73 kg
- Maret 2018 : Mengungkap Sabu 13 Kg dan Pil Ektasi 20 ribu butir.
- 2021 : Membawa Polsek Panai Tengah meraih urutan pertama sebagai Polsek pengungkap kasus narkoba terbanyak se-Polres Labuhanbatu pada Operasi Antik Toba 2021
Penghargaan :
- 2019 Mendapat Piagam penghargaan dari Kapolda Sumut Irjen Pol. Agus Adrianto