Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padangsidimpuan. Masker kini menjadi peralatan alat pelindung diri yang wajib dipakai di masa pandemi Covid-19. Mengenakan masker meupakan salah satu penetapan protokol kesehatan (prokes) yang harus dilalukan, terutama saat pemerintah menerapkan PPKM, baik itu mikro maupun darurat.
Karena menjadi kebutuhan untuk menjaga kesehatan diri dari paparan virus Corona, bahkan diwajibkan (ada sanksi), maka salah satu alat kesehatan ini dijadikan peluang bisnis baru bagi sejumlah orang. Karena di masa pandemi Covid-19 ini, masker pasti laku.
Inong Trisna (45), misalnya, pengusaha kafe di Kota Padangsidimpuan, Sumatra Utara ini melirik potensi tersebut. Ia menjual masker menjadi usaha tambahan, selain kafe. Tidak tanggung-tanggung usahanya terus dikembangkan. Hingga kini sudah punya langganan permintaan dari tempat-tempat wisata.
Belajar dari pandemi yang telah berjalan selama setahun lebih, bukannya ada tanda akan berakhir. Kepatuhan masyarakat dalam menjalankan prokes rendah. Kondisi ini semakin parah dan berkepanjangan. Dimana dampaknya cukup besar terhadap dunia usaha, termasuk kafe yang dikelolanya selama ini sepi pengunjung hingga 80 % tidak ada pengunjung. Ide cemerlangnya muncul untuk berinovasi mencoba menambah varian usaha berjualan masker yang diberi nama "Masker Sidimpuan" setelah rumah madu yang duluan lahir. Motivasinya dari niat untuk membantu pencegahan Covid-19. Karena sulitnya orang mendapatkan masker dan madu untuk membantu kesembuhan pasien Covid-19 dan meningkatkan imun.
"Awalnya termotivasi dari diri sendiri dan keluarga yang mewajibkan harus pake masker.Saya selalu memakai masker. Saya lihat dikota saya itu yang jual masker tidak ada, yang ada hanya di Indomaret Itupun barangnya sedikit dibagi-bagi,"katanya, Sabtu (17/7/2021).
Usaha yang digelutinya sejak setahun setalah pandemi. Mulai merambah pasaran hingga ke beberapa wilayah wisata di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel). Barang masker diperoleh dari berbagai daerah seperti Medan dan Jakarta. Motif dan merek masker juga berbeda namun yang pasti barang sudah sesuai standar nasional Indonesia (SNI).
Masker yang di belinya dari luar daerah ini dijual tanpa harus mencari untung besar kendatipun bisa saja dibuat untuk besar karena yang membeli merupakan orang-orang butuh karena untuk perlindungan diri dari wabah ini.
"Jadi tetap tujuannya usaha sambil beribadah, bukan mencari untung besar walaupun itu sesungguhnya bisa, tapi kan mereka tidak punya modal khusus untuk membeli masker, namun mereka terpaksa agar bisa melindungi diri dari Covid-19,"katanya.
Inong Trisna merupakan salah satu usaha terdampak Covid-19 karena usaha cafe yang dikelolanya sepi pengunjung sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat sulit. Apalagi dia hanya seorang ayah sekaligus ibu bagi tiga orang anaknya. Namun berkat kerja kerasnya dan tanpa berpangku tangan di masa pandemi ini, usaha Masker dijadikannya sebagai usaha utama yang secara gencar dipromosikan lewat medsos dan akun pribadinya.
Inong Trisna juga salah satu contoh perilaku yang berubah di masa pandemi. Kemana dan dimana saja dia tidak pernah melepas maskernya. Karena dia sadar bahwa Covid-19 itu ada dan belum ada obatnya. Di vaksin bukan berarti sudah bebas tidak tertular Covid-19. Vaksin hanya untuk meningkatkan imunitas tubuh agar lebih kuat menerima virus Covid-19. Namun memakai masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan pakai sabun, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas adalah cara efektif saat ini selamat dari Covid-19.
Setengah tahun berjual masker kini menjadi tumpuan utama menopang keuangan keluarga bagi Inong dan tiga orang anaknya. " Usaha cafe yang lama masih terus berjalan, begitu juga rumah madu yang digagas sebelumnya. Namun usaha jualan masker yang dimulai setelah setahun pandemi Covid-19, nampaknya cukup membantu karena peminatnya terus meningkat," kata Inong Trisna.
Masa pandemi Covid-19 ini sangat besar dampaknya terhadap dunia usaha seperti tempat wisata dan cafe. Situasi ini harus disiasati dengan beralih atau membuat usaha yang tidak mengundang keramaian. kerumunan dan Hal ini membuat sebagai pengusaha untuk tetap berkarya walau harus bertarung dengan ancaman virus mematikan yang seperti sulit untuk dihentikan.
Tentunya pemerintah juga harus mendukung dan menggerakkan UKM ini agar produksi lokal terutama konveksi ini akhirnya dapat menggerakkan ekonomi karena mereka harus terus berjalan.