Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla baru saja melaporkan kinerja keuangannya di kuartal ke dua. Secara mengejutkan Tesla mencatat pendapatan bersih US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 15,84 triliun (kurs Rp 14.400).
Capaian ini dua kali lipat lebih besar dari yang dihasilkannya pada kuartal pertama, dan lebih dari 10 kali lipat pendapatan bersih yang dilaporkannya setahun yang lalu.
Dilansir dari CNN, Selasa (27/7/2021), Tesla tidak bergantung pada penjualan kredit ke pembuat mobil lain untuk mencapai pendapatannya. Kredit tersebut pendapatan sekitar US$354 juta pada kuartal tersebut.
Pada kuartal sebelumnya, ketika Tesla melaporkan pendapatan yang positif, laba bersihnya bergantung pada penjualan kredit kepada saingannya untuk memenuhi standar lingkungan yang lebih ketat.
Namun, CEO Tesla Elon Musk mengakui bahwa pertumbuhan perusahaan telah terhambat oleh kekurangan chip komputer. Kondisi ini juga melanda pembuat mobil lainnya.
"Sementara kami membuat mobil dengan kecepatan penuh, situasi kekurangan chip global tetap cukup serius. Untuk sisa tahun ini, tingkat pertumbuhan kami akan ditentukan oleh bagian paling lambat dalam rantai pasokan kami," kata Elon Musk.
Bukan hanya kekurangan chip yang mengganggu perusahaan, ada juga kekurangan sel yang digunakan untuk membuat baterai besar yang dibutuhkan setiap kendaraan. Tesla mengatakan mereka tidak akan memulai produksi pickup Cybertruck sampai setelah Model Y aktif dan berjalan di Texas.
Hal itu mendorong mundur rencana truk semi-traktor hingga 2022 karena terbatasnya ketersediaan sel baterai dan tantangan rantai pasokan global.
"Cybertruck dan Semi-Traktor, sebenarnya keduanya adalah pengguna berat kapasitas sel. Jadi kami harus memastikan kami memiliki kapasitas sel untuk kedua kendaraan itu. Kami melihat peningkatan yang cukup besar dalam ketersediaan sel tahun depan," kata Elon Musk.
Pada bulan Februari, Tesla mengungkapkan bahwa mereka menggunakan sebagian uangnya untuk membeli US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun dalam bentuk Bitcoin.
Pada bulan April, perusahaan mengungkapkan bahwa ia telah menjual beberapa kepemilikan tersebut dan membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 101 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun dari perdagangan aset kriptonya.
Transaksi Bitcoin membuat beberapa investor gugup, terutama karena aset kripto telah kehilangan lebih dari sepertiga nilainya sejak saat itu.(dtf)