Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pemuda hari ini, pemimpin masa depan. Kalimat ini benar, tetapi kenapa harus menunggu masa depan? Para pemuda sudah kerap membuktikan kepemimpinannya. Jika menengok sejarah, sejak dulu pemuda selalu hadir sebagai penyelamat bangsa. Sumpah Pemuda tahun 1928 adalah salah satu bukti nyata, pemuda dengan semangat patriotik mampu menjadi sumbu pemersatu Nusantara, dengan segala keberagamannya untuk melawan penindasan penjajah.
Motivator Nasional yang juga Akademisi Komunikasi dan Penulis Buku, Dr. Leila Mona Ganiem, mengatakan, masa depan Indonesia bergantung pada kualitas karakter dan kompetensi generasi mudanya. "Pemuda adalah manusia tangguh yang dengan kemampuan dan akhlak mulianya, menjadi tumpuan pengganti generasi sebelumnya. Pemuda terdidik diharapkan mampu berpikir jernih sebagai penjaga nilai kebenaran dan kontrol sosial di masyarakat. Sebagai agen perubahan pemuda berpeluang bangkit, berinisiatif tanpa beban, beraspirasi untuk perubahan bermakna bagi bangsa," katanya, Senin (23/8/2021).
Dia mengatakan, melalui konsep Personal Social Responsibility (PSR) atau Tanggung Jawab Sosial Individu yang berkaitan dengan mindset, sikap dan perilaku, akan mampu menyentuh syaraf sosial seluruh anak bangsa untuk berdaya dan memberdayakan masyarakat.
"Bayangkan dampaknya jika mesin kepekaan sosial setiap warga negara, setidaknya para Pemuda, diaktifkan. Pemuda yang ber-PSR akan berupaya mencapai keunggulan, bersikap atas dasar rasa hormat, melibatkan diri, peduli, bertoleransi, bersahabat, komunikatif, menyelesaikan masalah sosial secara kreatif, memberi perhatian serius pada pandangan orang lain serta bertindak nyata dalam kehidupan," katanya.
Dengan jumlah 64,50 juta (BPS, 2020) pemuda-pemudi yang ber-PSR akan mampu membuat perubahan gemilang untuk Indonesia. Sebaliknya, dengan jumlah yang cukup banyak, bahkan berpeluang makin bertambah oleh bonus demografi, jika tidak memiliki tanggung jawab sosial individu maka pemuda Indonesia akan menjadi beban dan ancaman bagi bangsa.
Menurut Leila, PSR dapat diekspresikan dengan berbuat kebaikan dengan meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri. Tindakan ber-PSR adalah sukarela, membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Semenjak Covid-19 yang sangat menular ada di muka bumi, cara bekerja, bersekolah, dan beribadah menjadi berubah. Meski virus adalah isu kesehatan, jika hanya tenaga kesehatan yang diharapkan berperan, maka kerugian bersama akan merebak dengan berlimpah. Solusinya, penyebaran virus yang massif dan menular, perlu dihadapi seluruh warga negara, terutama pemuda, dengan upaya kolektif. Tindakan efektif dari pemuda dapat menjadi solusi ampuh mengatasi Pandemi ini.
Semua pemuda, dengan latar belakang apapun, usia berapapun, miskin kaya, profesi apapun, sehat sakit, selalu dapat ber-PSR.
Dalam konteks Covid-19, bagaimana PSR dijalankan? Pemuda dapat berbagi uang, kebutuhan pokok, alat pelindung diri, mendonorkan darah atau plasma. Pemuda sebagai duta perubahan dapat berbagi pemikiran dengan cara mengedukasi publik tentang prokes melalui berbagai upaya kreatif; mengatasi infodemik atau hoax.
"Pemuda dapat berbagi tenaga dengan menjadi relawan Gugus Covid di wilayahnya. Pemuda dapat menebarkan optimisme dengan berbagai cara kreatif pada penderita Covid-19 atau anak-anak yang kehilangan orang tua, tidak menyebarkan stigma negatif pada penderita dan keluarga. Pemuda yang positif Covid-19, meskipun OTG-orang tanpa gejala, dapat menginformasikan kondisinya dan menghindari kontak dengan orang sehat," katanya.