Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. PLN Unit Pelaksana Pembangkitan Nagan Raya telah melakukan penandatangan kontrak jual beli biomassa, dimana biomassa tersebut digunakan sebagai bahan bakar campuran batubara atau co-firing biomassa.
Manager PLN UPK Nagan Raya, Zulfan Idris Kaban, mengatakan co-firing yang dilakukan PLN UPK Nagan Raya bertujuan untuk mendukung Program Transformasi yang salah satu fokus utamanya adalah "Green" dengan sasaran meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan menjadi 16 GW pada Tahun 2024.
Adapun pada tahun 2021 ini, target kapasitas energi "Green" yang dihasilkan PLTU Nagan Raya sebesar 4,6 MW dan akan terus ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya. "Telah kita tandatangani pada 18 Agustus 2021 yang lalu," ujar Zulfan dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/08/2021
Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan dan sejalan dengan _Paris Agreement_ yaitu upaya penurunan emisikan Gas Rumah Kaca (GRK) serta penurunan jumlah polutan seperti SO2, NOx, CO2, particulate matter, dan merkuri.
Penelitian ilmiah membuktikan bahwa GRK berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, sedangkan polutan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Berdasarkan data pengujian yang dilakukan PLN UPK Nagan Raya dimana saat dilakukan Co-Firing dengan kapasitas 5% PLTU Nagan Raya berhasil menurunkan emisi CO2 dari 14,95% menjadi 14,52% atau terjadi penurunan sebesar 2,87% CO2 IR.
Dalam upaya meningkatkan penggunaan EBT, Co-firing dicanangkan sebagai salah satu "Green Booster". Co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batubara di PLTU. Pada tahun 2024, PLN menargetkan penerapan Co-firing pada 52 lokasi PLTU Batubara eksisting, dimana PLTU Nagan Raya ditargetkan Implementasi co-firing pada tahun ini.
Implementasi co-firing di PLTU Nagan Raya direncakan akan go-live pada minggu ke-2 bulan September dengan target co-firing sebesar 5%. Bahan bakar biomasa yang digunakan untuk Co-Fring PLTU Nagan Raya saat ini adalah cangkang sawit (Palm Kernell Shell), dimana cangkang sawit tersebut bersumber dari daerah sekitar PLTU Nagan Raya yaitu di Nagan Raya dan Aceh Barat.
Harapannya setelah implementasi co-firing ini, kedepannya PLTU Nagan Raya dapat menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dan mengurangi emisi GRK, sehingga dapat mendukung secara penuh Program Transformasi PLN dalam aspek "Green".