Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pola kemitraaan antara perusahaan inti kelapa sawit dengan eks-plasma, serta petani swadaya baik swasta nasional/BUMN masih banyak hambatan. Padahal berdasarkan data, fakta dan realita, hubungan antara perusahaan dengan petani baik itu eks-plasma maupun swadaya, harusnya berjalan dengan baik.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) DPD Sumut, Gus Dalhari Harahap, mengatakan, saat ini petani sawit lebih memilih pola-swakelola dibandingkan pola-kemitraan yang notabene merupakan asal terbentuknya atau lahirnya masyarakat pekebun secara umum di Indonesia, termasuk diSumut.
"Memang ada beberapa lokasi atau daerah kemitraan masih berjalan baik dan berkelanjutan. Tapi sebagian besar kini memilih pola-swakelola," katanya, Rabu (15/9/2021).
Gus mengatakan, sebenarnya pola-kemitraan penting bagi keberlanjutan sawit. Karena itu, diharapkan pemerintah pusat dan daerah serta multi pihak (stake holder) melalui kebijakan dan regulasi terkait, sebaiknya melakukan kajian-kajian atau terobosan guna menemukan konsep roadmap yang bisa menjadikan petani sawit swadaya dan eks-plasma itu mau dan ikhlas kembali untuk mau ikut dan mengedepankan bahwa kemitraan adalah hal penting untuk mewujudkan masyarakat perkelapasawitan yang berdaulat dan berkelanjutan.
"Karena hal inilah yang diharapkan Presiden untuk mempercepat program-program yang diharapkan cepat dan segera memulihkan perekonomian negara berbasis kemasyarakatan," kata Gus.
Dia menambahkan, di beberapa daerah di Indonesia baik yang perkebunan swasta besar/nasional dan BUMN yang tersebar luas dari Sabang-Merauke, ada yang kolaps hanya karena kemitraannya sudah tidak ada. Padahal awal berdirinya perusahaan tersebut berdasarkan kajian kemitraan.
"Perlu disadari juga bahwa di era globalisasi dan era digitalisasi ini dalam membangun hubungan pendekatan kemanusiaan itu menjadi faktor utama yang harus mendapatkan skala prioritas. Dan semua itu perlu segera dibenahi karena memerlukan proses panjang. Harus ada metode dan contoh nyata keteladanan untuk mewujudkannya," kata Gus.
Menurutnya, hal tersebut bukan hanya semata-mata karena petani sawit sudah naik kelas. Tetapi ada hal yang sangat mendasar dan prinsip untuk petani dan stake holder segera menyadari akan ada hal jauh lebih penting untuk masa depannya, bahwa kemitraan yang berkeadilan dengan prinsip setara akan memperpanjang nafas para pelaku perkelapasawitan.