Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com- Gunungsitoli. Gada adalah nama salah satu desa di Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias, Provinsi Sumatra Utara yang memiliki potensi wisata hutan alami dan budaya. Desa Gada memiliki aneka ragam pohon endemik, seperti sinarikhi, manawa, simalambuo, berua, afoa dan godu. Pohon ini kayunya kerap dijadikan sebagai bahan pembuatan rumah adat di Nias (omo hada), karena memiliki ketahanan terhadap serangan rayap, sehingga kokoh hingga tahan hingga ratusan tahun.
Pohon-pohon endemik ini rata-rata berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Tumbuh subur di wilayah hutan alam Desa Gada. Kelestarian alamnya menambah keasrian hutan di Desa Gada. Udara sejuk dan segar membuat wisatawan yang berkunjung merasa nyaman.
Desa Gada berjarak 4 km dari pusat Kota Gunungsitoli. Waktu perjalanan sekira 30 menit dari Bandara Binaka, yang (berjarak sekitar 20 km) dari desa. Memiliki sumber peradapan kuno dan situs megalith Saita Göröba. Selain itu, terdapat Sungai Baho Mola dengan bebatuannya yang unik.
Camat Gunungsitoli Barat, Arianto Zega, Sabtu (10/10/2021) mengungkapkan, tahun 2021 ini pihaknya memiliki program unggulan, yaitu pengembangan tiga desa wisata, yaitu Desa Gada, Desa Lölömoyo Tuhemberua, dan Desa Tumöri. P program ini bertujuan melestarikan dan memanfaatkan potensi budaya maupun alam desa, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Untuk Desa Gada, papar Arianto Zega, akan mengembangkan potensi wisata berbasis hutan dan budaya. "Saya merasakan gairah masyarakat desa sudah tumbuh untuk membangun desa wisata ini. Untuk itu saya memohon kepada pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Sumatera untuk memperhatikan dan mendukung pengembangan desa-desa wisata di Gunungsitoli Barat agar bisa launching pada Maret 2022," harap Arianto.
Dalam grand desain wisata Desa Gada, direncanakan pengembangan wisata arboretum area hutan yang di dalamnya terdapat berbagai jenis pohon yang ditanam, ditumbuhkan, dipelihara dan dikembangbiakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, pendidikan, keindahan dan peragaan, baik untuk tanaman yang berkhasiat obat-obatan trandisional, maupun sebagai area konservasi untuk material dalam pembuatan rumah adat Nias, dengan ditunjang adanya pembangunan jalur treeking, canopy trail (jembatan antar pohon), rumah pohon, dan lain-lain.
Selain itu, dua rumah adat yang masih tersisa di Desa Gada akan dilestarikan dan dikembangkan sebagai pusat aktivitas budaya, museum budaya desa, homestay, dan kafe kuliner lokal khas Desa Gada.
Jadi, wisatawan bisa menikmati aneka kuliner lokal di rumah adat maupun di halaman rumah adat sambil menikmati suasana sejuk dan asri di Desa Gada.
Dalam proses ini, Desa Gada dan dua desa lainnya tengah menggandeng konsultan pariwisata dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yaitu Perkumpulan Hiduplah Indonesia Raya (HIDORA).
Menurut Direktur HIDORA, Bachtiar Djanan, sejak Februari 2021, telah dilakukan serangkaian survei dan mapping untuk menemukenali beraneka potensi alam dan potensi budaya di Desa Gada.
Selanjutnya dilaksanakan riset, kajian dan analisis, serta perencanaan dan perancangan grand desain desa wisata, untuk kemudian diaplikasikan secara bertahap dan berkelanjutan, melalui proses pendampingan masyarakat dan pelatihan-pelatihan.
Sejak program ini dilakukan, ujar dia, mulai tumbuh kesadaran warga berbenah dan berinovasi membuat sajian beraneka kuliner lokal, seperti fale/binogo (daging/ikan asin) dicampur parutan kelapa, yang dibungkus daun damo, dan beberapa produk UMKM warga desa seperti keripik pisang.
Selain itu, sajian kesenian tradisional dan kuliner lokal khas desa di rumah adat ini, juga dimaksudkan sebagai sebuah simulasi salah satu paket wisata Desa Gada yang sudah siap untuk dipasarkan kepada publik. Baik paket wisata untuk sekedar menikmati kuliner dan kesenian di rumah adat, maupun untuk kegiatan paket meeting dengan kapasitas 10-20 orang plus sajian kuliner dan kesenian.
Camat Gunungsitoli Barat menambahkan, program ini dibiayai melalui dana desa setempat, dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Gunungsitoli maupun anggota legislatif.
Diharapkan ke depannya akan ada dukungan lebih lanjut dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, kementerian terkait, dan berbagai pihak.
Anggota DPRD Sumatra Utara, Penyabar Nakhe yang menginisiasi pengembangan desa wisata di Kepulauan Nias berharap, nantinya program pengembangan desa wisata bisa menjadi salah satu media yang efektif untuk membangun kegiatan yang positif di desa.
"Saya mengawal penuh proses riset kajian, perencanaan dan perancangan grand desain desa wisata di tiga desa di Gunungsitoli Barat ini, sampai pada pelaksanaannya, sekaligus kami akan mengupayakan membantu bagaimana program ini juga bisa mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Utara sampai ke pemerintah pusat," imbuh Nakhe.
Hanya saja, anggota DPRD Kota Gunungsitoli, asal daerah Pemilihan Gunungsitoli Barat yang juga putra desa Gada, Firman Zebua menuturkan, diperlukan sinergi dari berbagai pihak, khususnya dinas kehutanan. Karena potensi wisata yang akan dikembangkan di desa Gada berada dalam status kawasan hutan lindung.
"Saya sangat mengapresiasi proses panjang yang sudah dilakukan masyarakat dengan didampingi oleh konsultan HIDORA. Saya siap mendukung program ini," jelas Firman.
Kepala Seksi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat, UPT KPH Wilayah XVI Gunungsitoli, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara), Faatulo Zamili berharap agar hutan yang ada di desa ini tidak dirusak dan ditebang, sebab akan merusak ekosistem.