Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Rantauprapat. Bupati Labuhanbatu, Erik Adtrada Ritonga mengimbau warganya segera mengikuti vaksinasi Covid-19, serta menjaga disiplin dalam protokol kesehatan (Prokes). Imbauan tersebut ternyata tidak berbanding lurus dengan sikapnya dalam pertemuan di Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) yang diduga melanggar prokes.
Erik menyampaikan imbauannya tersebut saat menutup rangkaian acara ulang tahun ke-76, Kabupaten Labuhanbatu, pada Minggu (17/10/2021). Acara yang dipusatkan di areal bekas Pasar Baru Rantauprapat ini, berisi antara lain pertujukan seni disertai berdirinya stan-stan milik dinas Pemkab Labuhanbatu maupun swasta.
"Berkat kerja keras Dinas Kesehatan, Polres Labuhanbatu, dan Kodim Labuhanbatu, vaksin di Labuhanbatu selalu tersedia. Saat ini empat kecamatan sudah zona hijau, yaitu Bilah Barat, Bilah Hilir, Pangkatan dan Bilah Hilir. Selebihnya kita sudah zona kuning, alhamdulillah, kalau dalam beberapa bulan ini kita tetap pada prokes, insya Allah kita akan mencapai zona hijau," ujarnya.
Erik menekankan, selain vaksinasi, ketaatan terhadap protokol kesehatan merupakan kunci untuk keluar dari pandemi Covid-19. Sehingga dia meminta masyarakat untuk disiplin menaati aturan prokes.
Prokes ialah sikap sehari-hari yang berpedoman pada 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Namun imbauan taat prokes ini ternyata tidak diteladani Erik sendiri. Contoh terbaru yaitu ketika ia bersama seluruh unsur Forkompinda hadir dalam acara peresmian sebuah kafe di Rantauprapat, pada Minggu (17/8/2021) siang.
Hadir dengan pakaian dinas upacara resmi, Bupati Erik Adtrada Ritonga dan unsur Forkompinda lainnya diminta bersama-sama untuk memotong pita, sebagai tanda dibukanya secara resmi kafe tersebut di Rantauprapat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan siang dan foto-foto bersama.
Dari video dan foto yang beredar luas di media sosial, Forkompinda memang terlihat kompak menggunakan masker pada saat memotong pita. Namun dalam hal menjaga jarak, mereka mengabaikannya.
Selanjutnya para unsur Forkompinda malah melanggar prokes secara massif. Meski telah selesai makan siang bersama, mereka tidak segera menggunakan maskernya. Mereka tidak menjaga jarak dan memilih membentuk kelompok besar yang tergabung dalam beberapa meja makan bersama.
Menanggapi laku para pemimpin itu, Direktur Eksekutif Lentera Rakyat Institut, Nelson Binhari Manalu mengaku prihatin. Baginya ini merupakan contoh pembangkangan kebijakan pemerintah, yang parahnya dilakukan secara berjamaah oleh semua unsur pimpinan pemerintahan.
Selain pembangkangan, Nelson menilai kehadiran dengan memakai pakaian dinas upacara resmi, di sebuah acara seremonial swasta, berpotensi menimbulkan anggapan negatif di masyarakat. Menurutnya, masyarakat bisa saja beranggapan bahwa para "bos" itu ternyata tunduk pada segelintir kelompok yang ada di masyarakat.
"Itu kan menjadi tanda tanya mengapa mereka menggunakan pakaian resmi. Dan kegiatan itu dihadiri oleh semuanya. Kesannya itu kan bisa seolah-olah menunjukkan betapa kuasanya pihak yang punya acara itu," kata Nelson, Selasa (19/10/2021)
Lebih lanjut aktivis 98 tersebut juga menyoroti tentang ketidakpekaan Forkompinda terhadap situasi sulit masyarakat. Nelson menilai adanya foto-foto yang memperlihatkan banyaknya makanan yang disajikan, yang kemungkinan terbuangnya juga besar, telah membuat hati masyarakat yang sedang menderita menjadi lebih tersakiti.
Karena selain tidak dibenarkan dalam agama, perilaku itu (membuang makanan) juga menunjukkan empati para pemimpin yang rendah. Bahkan di negara maju, perilaku yang populer disebut food waste itu, merupakan prilaku yang hina di mata masyarakat umum.
"Kita tahu akibat pandemi Covid-19 ini, kelompok yang paling terpukul ialah kelompok ekonomi lemah. Termasuk pekerja kelas bawah dan sebagainya. Itu merupakan mayoritas yang ada di masyarakat," kata Nelson.
"Dan banyak dari masyarakat itu, yang dalam mencari nafkah, hasil hari ini dipakai untuk makan hari ini. Sehingga jika hasil hari ini sedikit, maka mereka akan langsung kesusahan. Banyak lo yang begitu kondisinya hari ini. Nah, sementara mereka enak saja mempertontonkan membuang-buang makanan. Dimana empati nya," sambung kader Mukhtar Pakpahan tersebut.
Lebih jauh Nelson meminta agar kedepannya, unsur Forkompinda bisa memahami hal-hal yang dianggap kecil seperti ini. Karena seorang pemimpin selayaknya memiliki kualitas yang baik, yang salah satunya tercermin dalam kepekaannya membaca kondisi masyarakat.
"Itu sebabnya di militer ataupun kepolisian ataupun lainnya, ada itu sekolah calon pimpinan. Kalau mau jadi pimpinan atau komandan syaratnya lulus sekolah pimpinan," kata lulusan Fakultas Tehnik Universitas Nomensen ini.
Nelson mengatakan kritiknya bertujuan menghasilkan sesuatu yang baik. Karena ini merupakan upaya untuk mengingatkan agar para pimpinan itu bisa bekerja dengan baik sesuai dengan sumpah jabatan yang diucapkannya.
"Logikanya program pemerintah itu dibuat untuk rakyat. Agar sukses harus didukung rakyat. Misalnya seperti vaksin, pemerintah butuh kesadaran rakyat untuk mengikutinya. Nah, jika tipe pemimpinya seperti ini, maka tentu menimbulkan antipati. Kedepannya janganlah seperti ini lagi," ucapnya.
"Apalagi Bupati kita ini, kan baru dilantik. Masih segar di ingatan sumpah jabatan itu. Karena itu kalau salah akan kita ingatkan," sambungnya.