Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Indonesia akan menyongsong bonus demografi di tahun 2030 mendatang. Bonus demografi ini memiliki arti bahwa di tahun 2030 nanti angkatan usia produktif akan mendominasi jumlah penduduk saat itu. Oleh karenanya pencegahan stunting sangat dibutuhkan untuk dapat membangun generasi yang cerdas, berkarakter, serta memiliki daya saing di kancah dunia.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta pada Forum Kepoin GenBest bertajuk, “Remaja Mantul, Pahami Stunting dengan Betul” yang diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (15/11/2021). Hadir dalam acara tersebut Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Edi Setiawan dan dokter Lula Kamal.
“Presiden Joko Widodo telah menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun ke 14 persen atau bahkan di bawah 14 persen di tahun 2024, yang mana itu sudah tinggal 2 sampai 3 tahun lagi,” ujar Wiryanta. Ia juga menambahkan, dalam mencegah terjadinya stunting, diharapkan remaja dapat turut serta berperan dalam menurunkan angka prevalensi stunting dengan menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat.
Di lain pihak, Edi menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis. “Terutama terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan yang nantinya akan berakibat pada tumbuh kembang anak, pertumbuhan fisiknya menjadi lebih pendek dari standar anak seusianya selain itu perkembangan otaknya juga tidak maksimal,” jelasnya.
Senada dengan pernyataan Edi, Lula Kamal juga menjelaskan pemenuhan gizi dan nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) penting dilakukan karena pertumbuhan dan perkembangan anak paling pesat terjadi di masa tersebut, khususnya dalam perkembangan otak. “Perkembangan otak yang paling pesat terjadi pada usia 0 sampai 2 tahun. Lewat dari 2 tahun masih tumbuh, tapi tidak bertambah terlalu banyak karena 80 persen lebih perkembangan otaknya sudah selesai,” katanya.
Lula Kamal menekankan, remaja putri saat ini harus sadar akan stunting dan berupaya menjalankan pola hidup sehat guna menjaga organ-organ reproduksi agar dapat berfungsi dengan baik dan siap mengandung bayi suatu saat nanti. Selain remaja putri, remaja putra juga perlu menjaga kesehatannya. Hal ini karena laki-laki yang terganggu kesehatannya, khususnya laki-laki dengan kebiasaan merokok, memiliki kualitas sperma yang tidak cukup baik sehingga berpotensi menghasilkan bayi-bayi stunting.
Edi pun menimpali, baik laki-laki maupun perempuan harus sehat sampai organ reproduksi berkembang sempurna. Menurutnya, remaja putri dan remaja putra nantinya akan menjadi pasangan usia subur, menjadi calon pengantin, dan akan melahirkan bayi-bayi yang mengisi masa depan Indonesia. Apabila bayi yang dilahirkan itu menderita stunting, maka generasi masa depan Indonesia akan diisi oleh generasi yang stunting dan tidak mampu bersaing secara global. Selain itu, anak-anak yang mengalami stunting juga akan rentan terhadap penyakit kardiovaskuler.
Untuk remaja putra, Edi menganjurkan untuk menghindari kebiasaan merokok karena kebiasaan ini dapat menurunkan kualitas sperma sehingga berpotensi menghasilkan bayi yang stunting. “Paling tidak, kebiasaan ini harus dikurangi 7 bulan sebelum menikah,” tegas Edi.
Lula Kamal menganjurkan kepada remaja, baik remaja putra maupun remaja putri, untuk mulai menerapkan kebiasaan hidup sehat dan menjaga pola gizi seimbang. Hal ini bisa dimulai dengan mengkonsumi makanan-makanan sehat. “Makanan sehat pun tidak harus mahal yang terpenting asupan nutrisinya lengkap, ada karbohidrat, protein, dan nutrisi lainnya,” ujarnya.
Khusus, untuk remaja putri, Lula Kamal menganjurkan agar tidak melakukan diet ekstrim yang menghindari berbagai makanan tertentu seperti karbohidrat, karena zat ini sangat dibutuhkan oleh tubuh. Menurutnya, diet yang paling baik adalah pengaturan makan yang baik dengan gizi seimbang atau sekarang lebih dikenal dengan “Isi Piringku”.
“Karena kita membicarakan tentang stunting yang mungkin masih jauh di ujung bagi remaja. Namun, yang paling penting, apa yang akan kita lakukan di ujung itu ditentukan oleh langkah kita yang sekarang. Jadi harus selalu diingat, generasi masa depan Indonesia ada di tangan remaja. Remaja harus menerapkan pola hidup sehat untuk menghasilkan generasi yang jauh lebih sehat dan jauh lebih unggul dari yang sekarang,” tuturnya.
Lula Kamal menambahkan, setelah remaja mengikuti diskusi ini, remaja memiliki tugas mulia yaitu menjadi agen sosialisasi stunting. “Gunakan sosial media yang ada untuk sosialisasikan tentang stunting. Sedikit yang remaja lakukan di sosial media, memiliki dampak besar untuk negara ini,” katanya.
Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik.