Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Rantauprapat. Tembok penahan tebing di sisi Jembatan Aek Katia di Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatra Utara (Sumut), runtuh meski baru selesai dikerjakan. Proyek pembangunan tembok ini menelan anggaran Rp 1,6 miliar.
"Ya, kita juga belum tahu apa sebabnya. Tapi karena itu belum BA (Pembuatan berita acara untuk pembayaran proyek), jadi itu masih tanggung jawab pemborongnya (pelaksana proyek)," kata Plt Kadis Kominfo Labuhanbatu, Rajid Yuliawan ketika dikonfirmasi Sabtu (20/11/2021).
Rajid mengatakan kerugian akibat runtuhnya tembok tersebut sepenuhnya ditanggung pelaksana proyek. Mereka harus membangun ulang tembok tersebut dan pembangunannya akan diawasi dengan ketat.
"Sedari awal itukan (pengerjaan proyek) harusnya memang diawasi. Ada pengawas proyeknya. Nah kita tidak tahu bagaimana pengawas itu di sini. Kalo mereka tidak mengerjakan pekerjaannya sesuai aturan, itu nantinya tentu akan diperiksa atasannya," tambah Rajid.
Mengenai kemungkinan terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek, Rajid mengatakan itu nanti akan dibahas dalam kesepakatan tambahan (adendum). Jika alasannya karena kelalaian manusia maka akan ada denda kepada pelaksana proyek.
Dilihat di papan proyek, pengerjaan proyek ini dikerjakan mulai Oktober 2021 hingga Desember 2021. Nilai kontraknya sebesar Rp 1,673 miliar. Dananya bersumber dari APBD Labuhanbatu 2021/Tanggap darurat.
Warga sekitar, Muksin Pohan, mengatakan, penyebab runtuhnya tembok adalah kesalahan teknis yang dilakukan dalam pengerjaannya. Hal ini sebenarnya sudah diperingatkan masyarakat sedari awal.
"Saya salah satu yang sudah memperingatkan dari awal. Saya setiap hari lewat jalan ini. Karena antara rumah saya dengan tempat usaha saya, melewati jembatan ini," kata Muksin
"Seharusnya pengecoran nya pakai truk molen, agar bisa sekaligus, bisa senyawa dia. Bukan pakai molen biasa (manual). Ini nilainya Rp 1,6 M dan proyek tanggap darurat, jadi salah besar itu kalau pakai molen manual," sambungnya.
Muksin mengatakan dalam pekerjaan bangunan pengecoran itu harus dilakukan dalam satu tahap. Tujuannya agar adonan material menyatu sempurna sehingga memiliki kekuatan yang kokoh.
Dari kondisinya yang roboh, menurut Muksin semakin menunjukkan bahwa pengecorannya tidak dilakukan dengan benar. Selain tentunya ada kemungkinan campuran materialnya juga tidak sesuai.
"Seharusnya kalau cara ngecornya betul, tapi campurannya tidak sesuai, maka dinding itu akan retak saja, tidak sampai roboh. Tidak seperti ini," jelasnya.
Muksin memastikan runtuhnya tembok ini murni karena kesalahan teknis. Bukan karena faktor alam. Dia bahkan berani memastikan klaimnya tersebut dengan menyebut waktu runtuhnya tembok tersebut.
"Runtuhnya hari Senin tanggal 15 November 2021, jam 4 sore. Saya lihat itu. Cuaca cerah, bukan karena hujan. Gak ada hujan hari itu," tegasnya.