Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Pelaksanaan pemilihan kepala desa (Pilkades) di Desa Rura Julu Dolok, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, (Taput), Provinsi Sumatra Utara (Sumut), Selasa (23/11/2021), menjadi salah satu potret buram dalam perhelatan demokrasi. Pasalnya setelah 2 orang calon kepala desa (Cakades), yakni Supeno Simanungkalit dan Lambok Simanungkalit tidak meraih satu suara pun. Lantas, kemanakah suara 2 cakades ini?
Seperti diketahui, pilkades di Desa Rurajulu Dolok diikuti lima calon kepala desa (Cakades) masing masing:
Lambok P Simanungkalit nomor urut 1,
Pasogit Simanungkalit nomor urut 2,
Supeno Simanungkalit nomor urut 3,
Hermes Simanungkalit nomor urut 4,
Kristopel Simanungkalit nomor urut 5.
Dari hasil penghitungan suara, dari 120 orang di Daftar Pemilih Tetap (DPT), Lambok Simanungkalit dan Supeno Simanungkalit tidak ada yang memilih. Sedangkan Pasogit Simanungkalit memperoleh 49 suara, Hermes Simanungkalit 6 suara dan Kristopel Simanungkalit 50 suara, batal 1 suara dan yang tidak hadir 14 orang pemilih.
Dengan hasil ini, Kristopel Simanungkalit yang hanya unggul 1 suara dari Pasogit Simanungkalit memenangkan pemilihan kepala desa di desa tertinggal dan hanya memiliki jumlah penduduk sangat kecil, terutama yang tinggal di wilayah teritorial desa; lebih banyak bertempat tinggal di luar desa.
Kepala desa terpilih, Kristopel Simanungkalit, mengatakan, kemenangan itu adalah kemenangan semua warga Desa Rurajulu Dolok. "Walau hanya selisih satu suara, tetapi kemenangan ini adalah kemenangan semua warga Desa Rura Julu Dolok. Saya mengajak seluruh warga desa bekerjasama membangun desa ini," ujar Kristopel Simanungkalit didampingi istrinya Hotmaria Sihombing.
Tercatat, Desa Rura Dolok sendiri baru saja 'merdeka' beberapa bulan lalu, setelah masuknya jaringan instalasi listrik ke rumah penduduk, yang diinisiasi Bupati Taput Nikson Nababan dan PT PLN (Persero).
Putra daerah Rura Julu Dolok, Maju Simanungkalit, mengatakan, raibnya suara kedua calon kepala desa itu membuktikan, mereka sudah mengkhianati demokrasi dan tidak menjungjung tinggi panggung demokrasi yang telah diamanatkan warga desa .
"Menjadi salah satu pencederaan dalam demokrasi. Bahkan saya mensinyalir kuat, suara kedua cakades tersebut sengaja diarahkan kepada salah satu calon," ungkapnya.
Maju mengungkapkan lagi, peristiwa yang menciderai demokrasi ini sangat aneh bin ajaib. "Paling tidak, mereka punya 4 suara, karena kedua cakades juga memiliki istri atau bahkan kerabat dekat, ini malah nihil. Ini mestinya menjadi catatan penting bagi warga dan pemerintah daerah," ucapnya.
Dilaporkan, jalannya Pilkades di desa tersebut dikawal 4 orang personel Polri dan 1 personel TNI AD.