Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Bendungan Sungai Aek Siborgung kini tak seperti dulu. Penuh semak belukar, kerusakan pondasi saluran sekitar 100 meter. Kini, bendungan yang dibangun tahun 2017 mengubah lahan sawah produktif menjadi lahan kering.
Bendungan Sungai Aek Siborgung, terletak di Desa Parbubu 1 Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput). Bendungan ini jebol 3 tahun setelah dibangun Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut). Dulunya, bendungan ini berfungsi memenuhi kebutuhan air persawahan yang luasnya sekitar 300 hektare persawahan. Mulai persawahan di Desa Parbubu 1, Parbubu 2, dan Hutapea Banuarea. Sejak jebol saat itu belum juga diperbaiki hingga kini.
Karena sudah ditumbuhi semak yang tingginya mencapai 3 meter, begitupun dengan kedalaman permukaan air yang sudah menurun. Bila diperkirakan, kerusakan tanggul yang jebol mencapai 40 meter. Ini mengakibatkan aliran Sungai Aek Siborgung mengarah ke Sungai Sigeaon, bukan lagi ke bendungan irigasi
Kondisi lahan tanpa air, memaksa masyarakat beralih ke pertanian lahan kering. Bahkan sejumlah petani membiarkan lahananya terbengkalai. Melihat kondisi yang dialami masyarakat, sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Serikat Media Siber Seluruh Indonesia (SMSI) Tapanuli Utara (Taput) menelusuri bendungan tersebut, Kamis (25/11/2021).
Arman Simbolon, penduduk Parbubu 1, yang ditemui dekat lokasi bendungan, menyebutkan, ada sekitar 250 KK yang sawahnya tergantung dari bendungan itu.
Ketersediaan air yang terbatas membuat para petani harus beralih pada komoditas jagung dan kacang-kacangan, sudah terjadi sejak 3 tahun terkahir. Masalahnya, ketergantungan terhadap beras masih tinggi.
“Kami sangat terpukul akibat kerusakan bendungan ini. Sudah tiga tahun kami tidak memproduksi padi. Padahal padi adalah kebutuhan utama kami,” sebutnya.
Hal yang sama disampaikan Riste Tobing dan Kasman Hutagaol. “Kami sudah berupaya menyampaikan permasalahan ini ke tingkat desa, camat, dan bupat. Juga ke Anggota DPRD Provinsi Manimpan Lumbantobing, Tuani Lumbantobing, Rahmadsah Sibarani dan Victor Silaen,” ujar Kasman Hutagaol, didampingi Kepala Desa Parbubu I, Ridwan Lumbantobing; Sekdes Parbubu I, Rido Lumbantobing; Plt Kepala Desa Parbubu 2, Tunggul Lumbantobing; dan Sekdes Parbubu 2, Hendra Lumbantobing.
Refocusing
Rupanya, perbaikan Bendungan Aek Siborgung sudah pernah dilakukan. Kata Camat Tarutung, Reinhard Lumbantobing, perbaikan bendungan dikerjakan secara gotong-royong oleh masyarakat, dibantu Pemkab Taput.
Saat itu, katanya, Pemkab Taput menurunkan alat berat. Namun, apalah daya, perbaikan yang dilakukan saat itu tidak bertahan lama. Bendungan jebol lagi.
“Tanggul yang dibangun masyarakat itu tidak bertahan lama. Begitu hujan lebat, tanggul itu kembali jebol,“ terangnya.
Kondisi Bendungan Aek Siborgungelah, kata camat, sudah dilaporkan kepada Pemkab Taput. Tetapi karena Sungai Aek Siborgung adalah ranah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu), usulan pembangunannya pun telah diteruskan Pemkab Taput ke Pemprov Sumut.
“Sesungguhnya, usulan proyek perbaikan tanggul sudah masuk dalam daftar prioritas. Yang kita sampaikan ke provinsi, rencananya di tampung pada APBD Sumut Tahun 2020. Namun karena terjadinya refocusing anggaran, sehingga perbaikannya hingga kini belum terealisasi," sebutnya.
Ia juga mengakui, usulan ini juga sudah disampaikan kepada sejumlah Anggota DPRD Sumut dari Dapil 9 Sumut.