Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Labura. Banjir yang melanda Desa Sono Martani, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Provinsi Sumatra Utara (Sumut), sudah berlangsung selama sebulan. Meski tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun kesehatan masyarakat mulai terdampak akibat banjir yang tak kunjung surut.
Banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Aek Kanopan. Ditambah jebolnya tanggul di Desa Sialang Taji, menyebabkan air dari Sungai Kualuh juga mengalir ke Desa Sono Martani.
"Nambah terus. Dia kan banjirnya kan kecil awalnya. Sekitar seminggu awal itu, luapan dari sungai Aek Kanopan. Jadi tanggul sungai Kualuh jebol, makanya semakin besarlah sampai sekarang ini," kata Kepala Desa Sono Martani, Prabowo, ketika dikonfirmasi Senin (29/11/2021).
Bowo mengatakan ada tiga dusun di desanya yang hingga kini masih terendam.
Yaitu Dusun VII, VIII dan Dusun X, dengan total populasi sebanyak 232 KK. "Ada sekitar 900-an oranglah jumlah warganya," kata Bowo.
Akibat banjir, warga harus menggunakan sampan sebagai moda transportasi sehari-hari. Itu menyebabkan warga harus menanggung biaya tambahan yang jumlahnya tidak sedikit. "Kalau kereta (sepeda motor;red) sama orangnya, Rp 30 Ribu ongkosnya sekali angkut. Kalo orang saja Rp 5-10 Ribu," sebutnya.
Bowo mengatakan sejauh ini Pemkab Labura telah beberapa kali menyalurkan bantuan kepada warga yang terdampak. Termasuk membuat dapur umum jika ada warga yang mengungsi ke kantor desa.
"Karena kondisi air menggenang, makanya tidak didirikan tenda darurat. Kantor desa disediakan untuk warga yang mau mengungsi. Jadi kalo ada yang mengungsi, kita juga buka dapur umum," jelas Bowo.
Meski tenda darurat tidak didirikan, dia mengatakan komunikasi antara BPBD Labura dengan pemerintah Desa, berlangsung dengan baik. Begitu juga dengan tenaga medis juga telah disiapkan Pemkab.
Adapun tanggul jebol yang menjadi penyebab banjir, hingga kini belum diperbaiki. Alasannya menunggu ketinggian air di Sungai Kualuh, menurun.
"Alat berat sudah diturunkan, namun kata mereka belum bisa dikerjakan. Tunggu air surut dululah," kata Bowo.
Hingga kini warga yang terdampak banjir, hidup dalam keprihatinan. Meskipun ada mendapat bantuan dari beberapa pihak, namun kesulitan tetap dirasakan warga.
Karena itu warga berharap pemerintah segera memperbaiki tanggul yang jebol. Dan perbaikan diharapkan dikerjakan dengan kualitas yang baik. Karena jebolnya tanggul sudah berulangkali terjadi.