Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pandemi COVID-19 menjadi momentum bagi pelaku usaha, termasuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk memanfaatkan teknologi digital lebih maksimal demi menjaga kelangsungan bisnis. Hal ini juga yang dilakukan oleh Afri, pelaku UMKM yang memproduksi bandrek dan jahe merah dengan merek Syaffa, minuman kesehatan dalam bentuk kemasan.
Bandrek dan jahe merah sendiri merupakan minuman tradisional khas Indonesia yang dipercaya memiliki banyak manfaat, seperti untuk melancarkan peredaran darah, berguna bagi penderita penyakit rematik, mengobati masuk angin, menurunkan tekanan darah, mengurangi kolesterol jahat, meningkatkan kesuburan dan sebagainya.
"Saya bersyukur karena ditengah suasana pandemi COVID-19, usaha masih bisa berjalan. Salah satunya karena didukung teknologi digital, khususnya untuk melakukan pemasaran secara online. Bahkan jangkauan pemasaran juga menjadi lebih luas dan efektif," ujarnya saat ditemui, Sabtu (11/12/2021).
Afri mengatakan, bisnis bandrek dan jahe merah kemasan dengan merek Syaffa ini sudah ditekuninya sejak lima tahun lalu. Sebelumnya, pria berumur 41 tahun tersebut membuka kedai atau warkop setiap malam hari dengan sajian utama berupa minuman bandrek dan jahe merah.
Afri mengakui, banyak warga menjadi pelanggan kedainya tersebut. "Para pelanggan tidak hanya dari Medan saja, tapi juga dari daerah lain, seperti dari Aceh atau dari Pulau Jawa. Mereka umumnya datang ke Medan karena ada tugas. Karena sering minum di kedai saya, mereka akhirnya menjadi pelanggan tetap," tutur warga Jalan Beringin, Gang Sehat, Medan Sunggal ini.
Pria yang memiliki tiga anak ini menuturkan, karena sudah akrab, para pelanggan itu juga sering memberikan masukan kepada Afri. Salah satunya adalah meminta agar minuman itu diolah menjadi bentuk bubuk dan dikemas ke dalam kemasan siap saji. Sehingga, saat berada di manapun, pelanggan bisa menikmati bandrek dan jahe merah buatan Afri.
Karena banyak yang memberikan saran dan masukan, akhirnya Afri mengikuti permintaan tersebut. Dirinya lalu mencoba mengolah berbagai rempah bahan baku bandrek ke dalam bentuk bubuk. Setelah melalui berbagai percobaan, akhirnya usaha itu berhasil dan menjadi minuman kemasan instan bandrek serta jahe merah.
"Sekitar tahun 2016 saya mulai memproduksi minuman instan kemasan bandrek dan jahe merah dengan merek Syaffa. Merek Syaffa ini diambil dari nama anak saya yang paling besar," ujarnya.
Afri mengatakan, awalnya dia memasarkan bandrek dan jahe merah dengan merek Syaffa tersebut ke kedai-kedai atau warung disekitar Kota Medan. Model pemasarannya dengan menerapkan sistem konsinyasi. Bandrek dan jahe merah kemasan tersebut dititipkan kepada pengelola kedai atau warung. "Jika ada yang dibeli baru dihitung," jelasnya.
Namun Afri mengakui penjualan secara offline dengan cara menitipkan produk di warung-warung memiliki keterbatasan dalam jangkauan pemasaran dan lambat dalam perputaran uang hasil penjualan. Padahal, usaha yang dijalaninya ini masuk kategori usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memiliki keterbatasan, khususnya dalam hal permodalan.
Karena itu dirinya kemudian mencoba untuk memanfaatkan teknologi digital untuk memasarkan usahanya tersebut secara online. "Saya kemudian mencoba memanfaatkan pemasaran secara online dengan memanfaatkan media sosial. Mulai dari Facebook, Instagram dan Whatsapp. Ternyata hasilnya cukup baik dan banyak yang memesan lewat media sosial itu," tutur pemilik akun bandreksyaffa pada Facebook dan Whatsapp tersebut.
Tidak berhenti lewat layanan media sosial, Afri kemudian memanfaatkan layanan e-commerce yang tersedia, seperti Tokopedia dan Blibli. Pemanfaatan e-commerce ini ternyata mampu mendongkrak penjualan bandrek dan jahe merah bermerek Syaffa itu. Meskipun demikian pemasaran secara offline tetap berjalan.
Sayangnya, wabah virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 masuk ke Indonesia, termasuk ke Medan tahun 2020. Dan seiring dengan penetapan status pandemi COVID-19, maka pemerintah juga mulai melakukan berbagai pembatasan aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Akibatnya kondisi perekonomian masyarakat anjlok hingga ke titik terendah.
"Pengaruh pandemi COVID-19 kepada masyarakat, khususnya UMKM besar sekali. Banyak kedai yang tutup karena sepi pembeli akibat pemberlakuan PSBB dan PPKM. Penjualan secara offline jadi anjlok tajam," tuturnya.
Melihat kondisi tersebut, Afri kemudian mencoba mengoptimalkan penjualan secara online, yakni dengan memanfaatkan teknologi digital baik melalui media sosial maupun e-commerce.
"Saya terus genjot pemasaran online untuk menutupi penjualan secara offline yang sedang anjlok. Lewat berbagai usaha, akhirnya semakin banyak pembeli yang memesan secara online. Pelan-pelan tapi pasti, penjualan dengan cara online meningkat dan jangkauan pemasarannya juga semakin meluas. Misalnya saja, saat ini saya sering dapat pesanan dalam jumlah yang lumayan ke Pulau Jawa. Bahkan ada juga dari Jepang yang pernah memesan Bandrek dan Jahe Merah Syaffa ini," tuturnya.
Afri bersyukur jika dampak pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung lama ini bisa diantisipasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital, sehingga usaha yang dijalankannya tetap bertahan. Bahkan Afri mengakui jika penjualan secara online terus meningkat dan saat ini sudah mendominasi dari penjualan secara keseluruhan.
Saat ini, produksi dari masing-masing bandrek dan jahe merah sudah mencapai ratusan kotak dan pouch setiap bulannya. "Seperti bandrek dan jahe merah yang dipasarkan dalam bentuk kotak, masing-masing sekitar 300 dan 350 kotak per bulan. Begitu juga untuk yang dikemas dalam bentuk pouch (kantong). Sedangkan harga antara Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu," jelasnya.
Saat ini Afri juga masih melayani pembeli yang datang ke kedai bandreknya yang berada di kawasan Ring Road Medan, tepatnya di samping loket bus Harapan Indah. Setiap malam, banyak warga, baik dari Kota Medan maupun daerah lainnya yang datang untuk meminum bandrek dan jahe merah racikannya.
"Saya bersyukur karena pandemi COVID-19 tidak sampai membuat usaha saya bangkrut atau tutup. Justru sebaliknya, usaha tetap lancar dan penjualan terus meningkat. Pembeli juga semakin banyak. Semuanya berkat dukungan layanan digital yang ada. Mudah-mudahan hal ini terus berlangsung," ujarnya.
Afri juga berharap, baik pemerintah maupun lembaga keuangan dapat memberikan dukungan dan perhatian yang lebih besar kepada pelaku UMKM baik dalam bentuk pembinaan, maupun pembiayaan dengan bunga rendah. Sehingga dengan demikian usaha para pelaku UMKM ini dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi dan usaha mereka terus berkembang.