Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Raksasa properti Cina, Evergrande telah gagal untuk membayar utang-utangnya. Karena itu saat ini Beijing tengah melakukan intervensi untuk mencegah terjadinya keruntuhan di sektor real estat akibat jatuhnya Evergrande ini.
Melansir dari CNN, Selasa (14/12/2021), sejumlah analis telah lama khawatir bahwa keruntuhan Evergrande dapat memicu risiko yang lebih luas untuk pasar properti Cina, merugikan pemilik rumah dan sistem keuangan yang lebih luas.
Terlebih mengingat seberapa besar pengaruh perusahaan Evergrande di Cina. Mereka memiliki sekitar 200.000 karyawan, meraup lebih dari US$ 110 miliar atau setara dengan Rp 1.573 triliun (dengan asumsi Rp 14.300/dolar AS) dalam penjualan tahun lalu, dan memiliki lebih dari 1.300 pengembangan di lebih dari 280 kota.
Tentu dampak dari 'runtuhnya' Evergrande ini tidak bisa dianggap remeh. Belum lagi sektor Real estate dan industri terkait merupakan salah satu sektor terbesar di Cina, menyumbang sebanyak 30% dari PDB Negeri Tirai Bambu itu.
Oleh karenanya, tidak heran bila saat ini pemerintah Cina tengah 'mati-matian' mengambil sejumlah inisiatif untuk membantu Evergrande melalui restrukturisasi utang dan operasi bisnis yang meluas.
Pemerintah daerah di provinsi Guangdong (tempat Evergrande bermarkas) misalnya, telah mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa mereka akan mengirim sejumlah pejabat ke perusahaan untuk mengawasi manajemen risiko, memperkuat kontrol internal dan mempertahankan operasi normal.
Sedangkan di awal pekan ini, Evergrande telah mengumumkan akan membentuk komite manajemen risiko, termasuk perwakilan pemerintah, untuk fokus pada "mengurangi dan menghilangkan" risiko di masa depan. Di antara anggotanya, ada para pejabat tinggi dari perusahaan BUMN di Guangdong serta seorang eksekutif dari manajer utang macet utama yang dikirim oleh pemerintah pusat.
Selain itu, pihak berwenang Cina juga telah mengambil sejumlah langkah lain untuk meredam imbas polemik utang Evergrande ini. Pada Senin kemarin, Bank sentral China telah mengumumkan bahwa mereka akan memompa dana sebesar US$ 188 miliar atau setara dengan Rp 2.688 triliun guna melawan kemerosotan di sektor real estat.
"Intervensi terbaru ini, baik oleh pemerintah pusat dan pejabat di Guangdong, menunjukkan bahwa pejabat Cina sekarang dengan enggan menerima bahwa Evergrande, pada kenyataannya, 'terlalu besar untuk gagal'," kata Craig Singleton, seorang asisten di Program Cina di Foundation for Defense of Democracies.(dtf)