Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Dairi. Josua Saragih dan keluarganya diusir oleh pemilik rumah yang ditempatinya gara-gara ia ikut aksi damai dukung investasi tambang PT Dairi Prima Mineral (DPM). Peristiwa itu terjadi di Desa Bongkaras, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara.
Dituturkan Josua pada, Senin (13/12/2021), ia bersama dengan masyarakat lingkar tambang lainnya aksi damai dukung tambang ke kantor DPRD dan Bupati Dairi di Sidikalang.
Usai aksi ia pun pulang ke rumah. Namun sesampainya di rumah ia melihat istrinya yang sedang menggendong anak bungsunya meratap sedih. Karena penasaran, ia pun menanyakan apa yang terjadi. Istrinya pun menjelaskan, kalau tadi pagi pemilik rumah yang mereka tempati datang dan menanyakan keberadaannya.
Pemilik rumah bertanya apakah suamimu ikut aksi ? Istrinya pun menjawab iya, kalau suaminya ikut aksi damai mendukung DPM ke Sidikalang.
Mendengar hal itu, pemilik rumah menjadi emosi, dan selanjutnya meminta mereka dalam waktu paling lama 7 x 24 jam untuk meninggalkan rumahnya yang mereka tempati.
Josua selanjutnya bergegas menemui pemilik rumah dan memohon agar tetap diizinkan tinggal di rumah tersebut. Tetapi ia mendapat jawaban yang sama dengan apa yang disampaikan pemilik rumah kepada istrinya.
Ia pun hanya bisa pasrah dan selanjutnya menceritakan kondisi yang dialaminya kepada para kerabatnya. Mendengar keluhan Josua, salah seorang kerabatnya, Nurhayati boru Purba yang bekerja di perusahaan yang menjadi mitra kerja PT DPM langsung datang dan mengajak Josua dan keluarganya tinggal di rumahnya.
"Untuk sementara waktu kami tinggal di rumah milik Nurhayati boru Purba," ungkap Josua didampingi istri dan ketiga anaknya kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (18/12/2021) sore.
Diakui Josua, selama ini mereka tinggal di rumah milik .arga Sinaga dan tidak pernah membayar, hanya diminta memperbaiki kalau ada kerusakan.
Ketika ditanya, mengapa dirinya mendukung tambang PT DPM, Josua mengatakan kalau dirinya sangat butuh pekerjaan. Apabila PT DPM segera beroperasi maka akan banyak membutuhkan tenaga kerja.
“Saya bersama masyarakat lingkar tambang lainnya berharap bisa bekerja, sesuai kemampuan yang kami miliki. Selama pandemi Covid-19 ekonomi sulit dan susah mencari kerja. Harapan kami hanya pada PT DPM, agar secepatnya beroperasi,” ujarnya dengan nada sedih.
Disebutkannya, untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya, sekarang ini ia harus bekerja di ladang orang yang membutuhkan tenaganya dengan upah Rp. 50.000 per hari.
“Sekarang ini kerja apapun asal halal saya lakukan demi menghidupi keluarga," ungkapnya.