Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaiky.com-Jakarta. Meningkatkan kewaspadaan dan terus mematuhi protokol kesehatan wajib hukumnya, karena kini varian omicron sudah mulai masuk ke Indonesia. Terlebih salah satu pertumbuhan virus Omicron banyaknya pengendara yang bertransportasi tidak sehat.
Seperti yang disampaikan Pengamat transportasi Djoko Setijowarno, dirinya menjelaskan pentingnya untuk bertransportasi dengan sehat, terlebih menyambut libur Natal dan tahun Baru (Nataru).
Djoko memprediksi pada libur Natal dan tahun baru kali ini, moda yang paling banyak dipilih untuk digunakan adalah sepeda motor 28,5 persen atau sebanyak 3,1 juta orang akan menggunakan sepeda motor.
Sedangkan penggunaan mobil pribadi mencapai 23,3 persen atau 2,5 juta orang akan menggunakan mobil. Selanjutnya moda transportasi bus mencapai 13,2 persen atau mencapai 1,4 juta orang akan menggunakan bus, sedangkan pesawat sekitar 9,8 persen atau mencapai 1,1 juta orang akan menggunakan pesawat untuk bertransportasi selama Nataru, terakhir penggunaan moda transportasi kereta api mencapai 9,7 persen atau bakal ada 1 juta orang akan menggunakan kereta api.
Selanjutnya Djoko menjelaskan berdasarkan survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Perhubungan, puncak pergi masyarakat pada liburan Natal pada 24 Desember 2021 sebesar 7,8 persen, dan juga 25 Desember sebesar 7,2 persen.
Puncak pergi pada liburan tahun baru pada Jumat 31 Desember 2021 sebesar 8,6 persen.
"Perlu diperhatikan masyarakat yang akan melakukan perjalanan sebelum tanggal H-7 dan setelah Senin 2 Januari 2022. Puncak pulang masyarakat pada liburan Natal dan Tahun Baru adalah pada hari Minggu 2 Januari 2022. Perlu diperhatikan masyarakat yang akan pulang setelah Senin 2 Januari 2022," tulis Djoko.
Djoko juga menilai penting bagi pemerintah untuk bisa mengatur pergerakan masyarakat.
"Pada kebijakan Pembatasan dan Pengetatan Perjalanan, potensi pergerakan sebesar 4,2 persen atau sebanyak 1,4 juta orang. Pada kebijakan Penerapan PPKM Level 3/Level 4, potensi pergerakan sebesar 3,2 persen atau sebanyak 1 juta orang. Pada kebijakan Larangan bepergian, potensi pergerakan sebesar 2,4 persen atau sebanyak 780 ribu orang. Pada kebijakan dibatalkannya penerapan PPKM Level 3, potensi pergerakan Jabodetabek sebesar 7,1 persen atau sebanyak 2,3 juta orang," tutup Djoko.(dto)