Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Serdang Bedagai. Angka stunting di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatra Utara, saat ini berada di angka 1,3% pada tahun 2021.
Hal itu disampaikan Kadis Kesehatan Sergai, Selamat MKM saat ditemui, di Sei Rampah, Jumat (24/12/2021). Menurutnya, tahun 2021 terjadi penurunan yang cukup signifikan di mana prevalensi data balita stunting menjadi 1,3%, dengan jumlah sasaran sebanyak 50.948 di mana ditemukan angka stunting sebanyak 678 balita.
Selamat menyebutkan, Kecamatan Silinda jadi penyumbang prevalensi stunting tertinggi yaitu 4,3% dan Kecamatan Sipispis menunjukkan angka yang lebih rendah jumlah stuntingnya, bila dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu 0,2%.
"Sudah dilakukan perbandingan antara tahun 2020 dengan 2021. Pada tahun 2020 prevalensi (proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu) data balita stunting di Kabupaten Sergai mencapai 2,2 persen di mana di 17 Kecamatan se Sergai ada 39.906 sasaran di tahun 2020, dengan angka stunting sebesar 905," ujarnya.
Sementara itu, masing-masing kecamatan memiliki data stunting untuk mengatasi hal tersebut, dan perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan.
"Selain itu diperlukan pelaksana program yang lebih kompak lagi dalam menangani stunting di seluruh kecamatan," ujarnya.
Kadis Kesehatan yang baru dilantik sepekan ini menjelaskan, stunting penting dicegah karena dapat mengancam pertumbuhan anak yang tidak dapat optimal karena dampak stunting dapat menghambat prestasi anak dan kesejahteraan masyarakat di masa depan.
"Kurangnya ketersediaan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak merupakan kunci untuk mencegah paparan yang menjadi penyebab terjadi diare, kecacingan dan lain-lain," ungkap Selamat.
“Salah satu upaya intervensi yang dilakukan yaitu pencegahan resiko stunting yaitu terkait dengan penyediaan air minum aman. Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang balita, sanitasi dan keamanan makan yang kurang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit infeksi," tutupnya.